PWMU.CO – Prof A. Malik Fadjar mengatakan kehadiran Muhammadiyah di suatu tempat harus mampu mengembangkan suasana kehidupan keagamaan dan kebangsaan yang mencerahkan.
Mantan Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu menyampaikan pikirannya dalam acara Sarasehan Kebangsaan Pra Tanwir di Theater Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Dome, Kamis (7/2/19).
Malik mengatakan, suasana politik kebangsaan hari-hari ini tidak mencerahkan sama sekali karena dipenuhi caci-maki dan lainnya. Begitu pula dengan suasana kehidupan keagamaan yang kini diwarnai dengan sikap jumud. Juga diwarnai dengan penekanan simbol-simbol keagamaan. “Islam berkemajuan tidak membawa kemajuan. Bahkan, keberagamaan kita tidak mencerahkan sama sekali,” paparnya.
Menurut dia, kondisi saat ini sama seperti yang dialami oleh pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan pada awal abad ke-20. “Nah, atas dasar itulah, maka di mana di situ ada Muhammadiyah harus bisa mengembangakan suasana kehidupan beragama dan ber-Islam yang mencerahkan, menyenangkan, mengasyikan, dan mencerdaskan sekaligus memberdayakan,” pesannya.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden itu mengingatkan, Muhammadiyah tidak boleh berhenti pada bicara konsep-konsep yang luar biasa. Sebab, Muhammadiyah tidak berada di ruang vakum.
“Jangan sampai warga Persyarikatan ini kehilangan arah karena kita ini besar. Itu yang harus kita yakni. Tapi, besar harus pula memiliki peran besar,” tegasnya.
Mantan Rektor UMM itu menyatakan, cara beragama warga Muhammadiyah harus tetap dalam suasana cerah, dan tetap memenggang sikap Islam berkemajuan. “Muhammadiyah harus selalu menatap ke depan,” pintanya.
Ia berharap, Tanwir Muhammadiyah yang mengusung tema “Beragama yang Mencerahkan” ini bisa memberi pencerahan bagi kehidupan beragama, berbangsa, dan bernegara.
“Mudah-mudahan Muhammadiyah yang begitu besar ini bisa menaikan peranan besarnya dalam mencerahkan kehidupan beragama, ber-Islam, dan ber-Muhammadiyah utamannya,” ujarnya. (Aan)