PWMU.CO – Ada yang unik dalam pelantikan bersama Pimpinan Daerah Muhammadiyah, Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah (PDM, PDA, PDPM) Kabupaten Probolinggo, Ahad (29/5). Selain pelantikannya juga dibarengkan dengan seluruh Pimpinan Cabang Muhammadiyah/Aisyiyah (PCM/PCA), acara ini juga dibarengkan dengan kegiatan “Sosialisasi 4 Pilar Bangsa Indonesia”.
Menariknya lagi, pemateri kali ini bukanlah anggota DPR/MPR dari partai politik “biasa”. Melainkan dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP), sebuah partai “abangan” yang menurut teori sosiolog Clifford Geert, kurang “nyambung” dengan kaum santri. Salah satunya yang biasa dimasukkan dalam golongan terakhir ini adalah (warga) Muhammadiyah.
(Baca: Pelantikan Serentak Sekaligus Sosialisasi 4 Pilar dan Di Sel Tahanan, Buya Hamka Nyaris Putus Asa)
Ya, sosialisasi 4 Pilar ini disampaikan oleh Prof Hamka Haq, anggota DPR RI dari PDIP yang berangkat dari Daerah Pemilihan (Dapil) Pasuruan dan Probolinggo. Selain menyampaikan materi utama pentingnya Pancasila, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Bhinneka Tunggal Ika, dan Undang-undang Dasar 1945 bagi Indonesia, Hamka juga banyak bercerita tentang hubungannya dengan Muhammadiyah.
“Keluarga saya juga banyak yang Muhammadiyah,” jelasnya di hadapan para peserta. Tak hanya di beberapa keluarganya yang menjadi warga Muhammadiyah, Guru Besar UIN Alauddin Makassar ini bahkan merasakan langsung didikan Muhammadiyah. Bukan hanya sekolah Muhammadiyah di tempat kelahirannya, Makassar, tapi di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta. “Saya pernah belajar di Mu’alimin Yogyakarta,” begitu ceritanya.
(Baca: Ini Penjelasan Mengapa Sekolah Muhammadiyah Tak Harus Lahirkan Kader Muhammadiyah dan Belum Pernah Lihat Ketua Muhammadiyah-NU Gantian Memijat? Di Kabupaten Inilah Kerukunan Itu Terwujud)
Ada cerita tersendiri ketika Hamka harus sekolah di Mu’allimin ini. Ini karena bapaknya adalah warga Nahdlatul Ulama (NU). “Bapak saya memang NU, tapi ingin menyekolahkan saya di Mu’allimin karena yakin pendidikan Muhammadiyah saat itu yang terbaik,” tambahnya lagi.
Berbeda dengan bapaknya yang lebih dekat NU, ibu dan keluarganya dekat dengan tokoh-tokoh Muhammadiyah Makassar. “Jadi, di Makassar itu sudah biasa dijumpai dalam satu keluarga terdapat bapak yang NU dan ibu Muhammadiyah. Begitu juga sebaliknya,” katanya menggambarkan kondisi “unik” di Makassar yang sebenarnya juga sudah ada dalam diri Wakil Presiden saat ini, Jusuf Kalla.
(Baca: Begini Cerita Bung Karno Masuk Muhammadiyah dan Ketika Kyai Dahlan Jadi Tuan Rumah Kongres Boedi Oetomo)
Tak ketinggalan, Ketua Baitul Muslimin, organisasi sayap PDIP, ini juga menyinggung salah satu tokoh Muhammadiyah yang “identik” dengan PDIP. Sebagai politisi PDIP, Hamka mengaku sangat mengidolakan Soekarno, Presiden pertama Republik Indonesia yang tidak lain adalah tokoh Muhammadiyah. (faiz)