PWMU.CO – Masjid-masjid Muhammadiyah perlu dibentengi dengan ideologi sendiri, sehingga tidak dirongrong oleh ideologi lain. “Karena dari sinilah paham-paham mudah ditanamkan.”
Demikian Muhammad Sholihin Fanani saat memberikan kajian pada Pembinaan Takmir Masjid Muhammadiyah Se-Daerah Lamongan, yang diselenggarakan oleh Majelis Tabligh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Lamongan, Sabtu (23/2/19).
“Masjid-masjid Muhammadiyah yang sudah cereng (jelas) jangan malu-malu untuk dijadikan ajang penanaman paham ke-Muhammadiyahan,” tegas Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya ini.
Sholihin juga menyinggung masih ada takmir masjid Muhammadiyah yang mutungan dan tersinggung. “Menjadi takmir itu ojo gampang uringan-uringan dan mutungan,” candanya, disambut dengan geer oleh peserta. Maksudnya jangan suka marah dan ngambek.
Dengan gaya santai diselingi dengan joke-joke segar, suasana pembinan semakain cair. Sehingga beberapa kali 500 peserta yang memadati ruang utama Masjid Nurul Huda Desa Brangsi, Kecamatan Larean, Kabupaten lamongan itu dibuat tertawa.
Ketua Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur ini juga berpesan bahwa takmir juga berfungsi sebagai mubaligh pada jamaah masjid. “Takmir bukan sekadar ngurusi bangunan dan perabot, tapi yang lebih penting adalah membuat suasana masjid sebagai pembinaan dan pencerahan,” tandas Doktor Pengembangan Sumber Daya Manusia sekolah Universitas Airlangga ini.
Mantan Kepala SD Muhammadiyah 4 Pucang ini berharap agar takmir masjid membekali diri dengan ilmu pengetahuan dan agama. “agar bisa mengimbangi persoalan-persoalan yang muncul di masyarakat,” ucapnya. (Mohamad Su’ud)