PWMU.CO-Pengajian Ahad Pagi PCM Wringinanom Gresik setiap pekan kedua menghadirkan Ustadz Sinasan SAg dari Kantor Urusan Agama (KUA) Nganjuk, Ahad (10/3/2019).
Pengajian bertempat di halaman SD Muhammadiyah 1 Wringinanom Gresik. Sinasan membahas 73 golongan Islam yang terpecah belah dan hanya satu golongan yang masuk surga.
Dia membacakan hadits riwayat Abu Dawud. ”Ketahuilah sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab (Yahudi dan Nasrani) terpecah menjadi 72 golongan dan sesungguhnya ummat ini akan berpecah belah menjadi 73 golongan, (adapun) yang 72 masuk neraka dan satu golongan masuk surga, yaitu al jama’ah.”
”Lantas siapakah satu millah, satu kelompok yang selamat tersebut? Apakah Muhammadiyah? Ataukah golongan ormas lainnya?” tanya Sinasan kepada para jamaah.
Dia menjelaskan, maksud hadits tersebut golongan yang selamat adalah yang berpegang kepada Rasulullah saw dan para sahabatnya. ”Golongan yang berpegang dengan Alquran dan hadits siapapun atau apapun nama kelompoknya. Jadi bukan seluruh warga Muhammadiyah masuk surga atau seluruh ormas sebelah yang masuk surga. Apakah dengan menjadi Muhammadiyah bisa terjamin masuk surga? Belum tentu,” tuturnya.
Bukan nama kelompoknya, lanjutnya, bisa jadi orang dari Muhammadiyah atau orang dari ormas sebelah yang berpegang pada Alquran dan hadits, inilah yang termasuk satu kelompok meski berbeda nama kelompoknya. ”Sampai sini paham?” tanya Sinasan yang dijawab serempak oleh jamaah, ”Paham…”
Dia melanjutkan, apakah yang menjadi penyebab perpecahan tersebut. ”Apakah masalah fiqih atau masalah akidah?” ujarnya.
Sinasan menceritakan, perbedaan masalah fiqih sudah ada sejak zaman sahabat Nabi Muhammad. Dia memberikan contoh, semua sahabat sepakat wudhunya musafir boleh mengusap sepatu atau kaos kaki selama tiga hari.
Namun, katanya, hanya Ibnu Umar yang mengatakan, selama seseorang itu menjadi musafir berapa pun lamanya, maka dia tetap boleh berwudhunya dengan mengusap alas kakinya tersebut.
”Apakah karena Ibnu Umar berbeda lantas pada sahabat lainnya menudingnya akan masuk neraka? Tidak,” jelas Sinasan.
Contoh lain dia sebutkan agar semakin jelas. Seperti ada atau tidaknya shalat sunnah setelah shalat Ashar, musafir yang shalat dengan tayammum dan kemudian ketika menemukan air ada yang mengulang shalatnya ada juga yang tidak, serta contoh ketika perang Khandaq.
Sinasan menyimpulkan, masalah fiqih bukanlah menjadi penyebab perpecahan umat Islam. ”Jika ada yang berbeda dengan kita, tetapi ada dasar hukumnya, maka harus dimaklumi.”
Perpecahan yang berbahaya, kata dia, justru dalam urusan akidah. Dia mengutip pernyataan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur KH Abdusshomad Bukhori yang menegaskan ajaran Syiah sesat dan menyesatkan. Salah satu alasannya adalah karena rukun Islamnya berbeda.
Pengajian yang berlangsung mulai dari pukul 06.00 sampai pukul 07.25 tampak hidup karena Sinasan komunikatif dan juga menghibur sehingga jamaah sering terdengar tawa di halaman sekolah.
”Jangan pernah merasa cukup dengan keislaman yang sudah kita ketahui. Teruslah belajar,” pesan Sinasan mengakhiri ceramahnya. (Kiki Cahya Muslimah)