PWMU.CO-Puskesmas Pagerwojo Tulungagung mengadakan cara pemulasaran jenazah orang dengan HIV/AIDS (ODHA), Rabu (13/3/2019). Acara ini bekerja sama dengan Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) setempat.
Narasumber Ismiyati SPd menjelaskan, prinsip pemulasaraan jenazah ODHA sama seperti merawat jenazah sehat. Bedanya memakai pakaian dan perlengkapan harus melindungi agar tidak tertular.
Ismayati dan tim dari Majelis Kesejahteraan Sosial PDA Tulungagung dengan cekatan mempraktikkan cara memandikan jenazah. Terlebih dulu air diberi antiseptik. Kadar ukurannya 0,5 liter antiseptik berbanding 10 liter air.
”Setelah air disiramkan ke jenazah lalu didiamkan kurang lebih 10 menit untuk membunuh kuman,” kata Ismayati kepada 30 kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat atau modin dan tokoh masyarakat itu.
Setelah itu jenazah dimandikan seperti biasa. Dia mengingatkan, petugas harus dilengkapi perlengkapan standar seperti masker, kaos tangan karet tebal, celemek khusus seperti jas hujan, sepatu boot, kacamata hitam atau memakai memakai helm fullface.
Perlengkapan ini berguna untuk mencegah penyakit menular dari jenazah. ”Bisa saja jenazah terluka atau yang memandikan punya luka yang berpotensi tertular penyakit bisa dicegah,” ujar Mama Is, sapaan akrabnya.
Saat mengafani, sambung pengasuh Panti Asuhan Aisyiyah Siti Fatimah ini, hendaknya jenazah dibungkus plastik dahulu baru dibungkus kafan. Ini berguna mencegah tetesan cairan yang mungkin masih keluar dari luka jenazah.
Proses pengafanan dan lapisan kafan seperti yang disunnahkan Rasul. Pria minimal tiga lapis dan wanita minimal lima lapis dengan diberi wewangian. Tata cara menshalatkan sama seperti jenazah pada umumnya.
Kepala Puskesmas Pagerwojo Luluk Tri Suhartono mengatakan, pelatihan ini diadakan karena prihatin dengan banyaknya warga yang terkena ODHA. ”Ada 52 orang yang terdeteksi di Dinas Kesehatan. Apabila pengurusan jenazah dilakukan oleh petugas kesehatan memakan biaya yang mahal,” ujarnya. (Hendra Pornama)