PWMU.CO-Sebanyak 80 siswa MTs Muhammadiyah 1 Malang (Matsamutu) mengunjungi pabrik minuman PT Sinar Sosro di Mojokerto, Kamis (14/3/2019). Kunjungan ini untuk mengenalkan siswa tentang bisnis.
Kedatangan mereka disambut Ratna Sari yang memandu rombongan ini mengikuti tur pabrik yang terkenal dengan produk teh botol ini. Mereka melihat pengolahan teh, pengemasan, dan pemasaran.
Sambil berkeliling pabrik, Ratna menjelaskan, perusahaan ini dibangun oleh keluarga Sosrodjojo pada tahun 1940. ”Memulai usahanya di kota kecil Slawi, Jawa Tengah,” kata dia. ”Awalnya menjual teh kering dengan merek Teh Cap Botol. Daerah pemasaran di seputar Jawa Tengah.”
Tahun 1953, sambung dia, keluarga Sosrodjojo memperluas pemasaran ke Ibukota Jakarta ketika Teh Cap Botol sudah sangat terkenal di Jawa Tengah.
Ide awal membuat kemasan teh dalam botol tahun 1969. Bentuk botolnya lebih ramping dibanding botol yang sekarang. Model botol yang dikenal sekarang ini dibuat tahun 1974. Pada produk awal masih tertulis Teh Cap Botol. Sejak 1974 kata Cap dihilangkan hingga dikenal sekarang.
Inspirasi teh kemasan botol yang siap minum ini muncul setelah melihat anak-anak sekolah Slawi membawa bekal minuman teh yang dimasukkan botol. Tujuan lain untuk menikmati racikan teh dengan komposisi yang pas sehingga terasa nikmatnya rasa teh dengan aroma melati ini. Menurut survei majalah ekonomi Swa, produk minuman ini lebih disukai masyarakat dibandingkan Coca Cola.
”Sejak tahun 1990-an mulai mengenalkan produk teh kemasan kotak. Hingga kini perusahaan Sosro telah menurunkan banyak produk teh siap saji lainnya seperti Joy Green Tea, Fruit Tea, Tebs, dan lainnya,” katanya.
Dijelaskan, teh bukan asli tanaman Indonesia. Kebiasaan minum teh asalnya dari Tiongkok dan Jepang. Orang Portugis dan Belanda yang membawa tanaman itu ke sini tahun 1684 sebatas sebagai tanaman hias.
”Tahun 1826 dikembangbiakkan di Kebun Raya Bogor. Setahun kemudian ditanam di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut,” kata dia menerangkan.
Percobaan penanaman teh dalam skala besar dilakukan oleh Jacobus Isidorus Loudewijk Levian Jacobson pada 1827 di Wanayasa Purwakarta dan Gunung Raung Banyuwangi. Zaman Gubernur van Den Bosch lewat proyek tanam paksa, akhirnya teh menjadi komoditas ekspor pemerintah Hindia Belanda.
Para siswa yang ikut dalam rihlah ekonomi ini mendapat pengethuan baru bisnis teh. ”Kunjungan seperti ini memberi pengetahuan baru tentang liku-liku bisnis dan sejarah teh,” ujar Dhinof, siswa. (Oman)