PWMU.CO – Ketua Dewan Pertimbangan MUI Prof Din Syamsuddin menyayangkan diangkatkan isu khalifah dalam pemilihan presiden dan wakil presiden (pilpres). Sebab, hal itu bisa membangkitkan luka lama umat Islam.
“Sebaiknya kedua kubu pasangan calon presiden dan wakil presiden menghindari penggunaan isu keagamaan, seperti penyebutan khilafah, karena itu merupakan bentuk politisasi agama yang bersifat pejoratif (menjelekkan),” ujarnya, dalam keterangan yang disampaikan pada PWMU.CO, Jumat (29/3/19) malam.
Isu khilafah, juga simbol-simbol agama lainnya, menurut Din, hendaknya tidak digunakan dalam kampanye sebagaimana Taushiyah Dewan Pertimbangan MUI hasil Rapat Pleno Ke-37, 27 Maret 2019.
Din menegaskan, walaupun di Indonesia khilafah sebagai lembaga politik tidak diterima luas, namun khilafah yang disebut dalam Alquran adalah ajaran Islam yang mulia seperti konsep khalifatullah fil ardh, yaitu manusia mengemban misi menjadi wakil Tuhan di bumi.
“Mempertentangkan khilafah dengan Pancasila adalah identik dengan mempertentangkan Negara Islam dengan Negara Pancasila, yang sesungguhnya sudah lama selesai dengan penegasan Negara Pancasila sebagi Darul Ahdi was Syahadah atau Negara Kesepakatan dan Kesaksian. Mempertentangkannya merupakan upaya membuka luka lama dan dapat menyinggung perasaan umat Islam,” ungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode 2005-2010 dan 2010-2015 itu.
Din menegaskan, menisbatkan sesuatu yang didianggap anti-Pancasila terhadap suatu kelompok adalah labelisasi dan generalisasi atau mengebyah-uyah yang berbahaya dan dapat menciptakan suasana perpecahan di tubuh bangsa.
Untuk itu, Din mengimbau segenap keluarga bangsa agar tidak terpengaruh apalagi terprovokasi oleh pikiran-pikiran yang tidak relevan dan kondusif bagi penciptaan pemilu atau pilpres yang damai, berkualitas, berkeadilan, dan berkeadaban.
Seperti diberitakan merdeka.com, Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Abdullah Mahmud Hendropriyono menilai pemilu kali ini adalah pertarungan dua ideologi berbeda, yaitu Pancasila dan khilafah.
“Pemilu kali ini yang berhadap-hadapan bukan saja hanya subjeknya. Orang yang berhadapan bukan hanya kubu, kubu dari Pak Jokowi dan kubu dari Pak Prabowo, bukan. Tapi ideologi,” kata Hendropriyono di Gedung Pertemuan Kesatrian Soekarno Hatta, BIN, Pasar Minggu, Jakarta, Kamis (28/3/19). (MN)