PWMU.CO – Bukan M Saad Ibrahim jika tidak mampu membuat joke ketika berbicara di forum. Seperti yang dia lakukan dalam Musyawarah Pimpinan Wilayah (Musypimwil) Muhammadiyah Jatim di Auditorium KH Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Sabtu (30/3/19).
Saad mengatakan, mengurus Muhammadiyah lebih susah daripada mengurus pemerintahan. Karuan saja, pernyataan itu mengundang tawa hadirin, lantaran Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa juga berada dalam forum tersebut.
“Mungkin Bu Khofifah sudah tahu, ya. Kalau ngurus Muhammadiyah itu sebenarnya lebih susah dibanding ngurus pemerintahan. Karena di pemerintah dana dan anggarannya ada. Sedangkan di Muhammadiyah tidak ada. Mau rapat ataupun mendirikan sekolah kadang pimpinan persyarikatan harus menyerahkan sertifikat tanah rumahnya untuk pinjaman dana,” kata Saad yang disambut tawa Khofifah yang duduk persis di sampingnya.
Pernyataan Saat itu ditanggapi dengan santai oleh Khofifah. Perempuan yang belum genap satu tahun menjabat sebagai gubernur ini ternyata mengamini pernyataan Saad tersebut.
“Ya bisa saja ngurus Muhammadiyah lebih sulit dari pada ngurus pemerintahan. Karena Muhammadiyah nggak ada APBD-nya,” tutur Khofifah yang juga disambut tawa dan tepuk tangan hadirin.
Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat NU itu mengakui, Muhammadiyah selama ini telah banyak membantu pemerintah dengan memberikan sumbangsihnya di bidang sosial keagamaan.
Ke depan, dia berharap Muhammadiyah terus memberikan perannya untuk bangsa dan negara. Terutama di sektor pendidikan. Menurut Khofifah, era saat ini memungkinkan Muhammadiyah untuk menerapkan format vokasi.
“Dunia telah berubah. Sekarang kita perlu lebih concern terhadap pendidikan vokasi. Karena ini merupakan tuntutan dari trend ekonomi masa kini yang menuntut kita harus fokus dengan profesi tertentu,” ujarnya.
Selain itu, Khofifah juga meminta agar Muhammadiyah memberikan perhatian lebih kepada generasi alfa dan generasi Z. Dia mengatakan, mereka merupakan target dakwah masa depan yang juga harus dirangkul oleh Muhammadiyah. Pasalnya, generasi Z dan alfa hidup pada era pasca kebenaran. Yakni sebuah era yang banyak diselimuti dengan kebohongan. Salah satunya adalah serbuan hoax.
“Generasi alfa itu mereka yang lahir pada tahun 2011 ke atas. Dibanding generasi Z, mereka lebih individualis. Tetapi dua generasi ini sama-sama tidak bisa lepas dari teknologi digital. Mereka banyak diserbu dengan informasi yang keliru atau hoax. Termasuk informasi terkait agama Islam. Maka dari itu, kita juga perlu menjadikan mereka sebagai sasaran dakwah,” tuturnya. (Ilmi)