PWMU.CO – Kegundahan Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Lamongan Drs H Shodiqin MPd terhadap kaderisasi perempuan muda Muhammadiyah terjawab sudah.
Dalam kegiatan Musyawarah Kerja Daerah (Musykerda) Pimpinan Daerah Nasyiatul Aisyiyah (PDNA) Kabupaten Lamongan di Universitas Muhammadiyah Lamongan, Ahad (31/3/19), Shodiqin mengakui hal itu.
“Kehadiran serta antusiasme anak-anakku dalam kegiatan Musykerda ini menjawab kegundahan saya bahwa kaderisasi perempuan muda Muhammadiyah alhamdulillah telah berjalan dengan baik,” ujarnya.
Dia menyatakan, dengan memutuskan untuk berhimpun di dalam persyarikatan Muhammadiyah maka itu merupakan pilihan yang tepat.
“Apakah anak-anakku ini mantap untuk ber-Muhammadiyah, mantap untuk ber-Nasyiatul Aisyiyah?” tanyanya kepada peserta Musyawarah yang lantas dijawab, “Mantap.”
Jika mantap, ujarnya, maka itu merupakan pilihan yang tepat dan benar. “Karena kita memiliki ideologi keagamaan yang tepat. Muhammadiyah berpegang pada Alquran dan sunah yang sejalan dengan hadits nabi bahwa aku tinggalkan dua perkara yang kamu tidak akan tersesat selamanya, yakni engkau berpegang teguh pada Alquran dan sunnah,” ucap Shodikin mengutip sabda Nabi.
Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Lamongan tersebut menyatakan, ideologi Muhammadiyah selain membawa nafas Islam juga membawa ideologi dan misi kenegaraan.
“Bayangkan, Kiai Haji Ahmad Dahlan dan Nyai Walidah memperoleh gelar pahlawan nasional karena beliau berdua berkiprah untuk kebangsaan, konsen untuk mengembangkan dakwah, mempelopori peradaban, dan kebangkitan perempuan. Itu fakta, bukan hoax,” tegasnya.
Ketika negara ini sudah berdiri, imbuhnya, muncul seorang Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) pertama yakni Panglima Besar Soedirman yang merupakan kader Hizbul Wathan, muncul Kasman Singodimejo, Ki Bagus Hadikusumo, Mas Mansur dan lain-lain yang merupakan bukti kiprah Muhammadiyah dalam dakwah islam dan kenegaraan memang nyata dan dirasakan adanya.
“Muhammadiyah itu ideologi Islamnya benar, ideologi kenegaraannya benar. Kita sudah mantap mengambil posisi ini, maka belajarlah sungguh-sungguh. Jadikan tokoh-tokoh tersebut sebagai inspirasi. Saya sampaikan sejarah ini, agar kader Nasyiah tidak lupa,” tandasnya.
Selain berharap kader Nasyiah—sebutan lain Nasyiatul Aisyiyah—mengambil inspirasi dari para tokoh, Shodikin juga menginginkan adanya transformasi kader yang diperankan oleh anggota Nasyiah.
“Kita pengen suatu saat Kepala Dinas KB dan Pemberdayaan Perempuan itu diisi kader Nasyiah, Kepala Dinas Kesehatan diisi kader Nasyiah. Ada muballighat kondang dari Nasyiah. Saya juga ingin ketemu anggota DPR, lantas di sana diisi kader Nasyiah. Di tingkat desa, kepala dusunnya kader nasyiah, sekretaris desa dari Nasyiah. Kita berharap itu,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua PDNA Lamongan Desi Ratnasari SH melaporkan, dalam dua tahun perjalanan, PDNA Lamongan telah menjalin kerja sama dengan para stakeholder tanpa melupakan jalinan dengan Muhammadiyah dan Aisyiyah.
“Alhamdulillah kita telah bersinergi dengan Dinas Kesehatan, BKKBN, serta Dinas Kepemudaan. Yang paling terbaru kita telah mendapatkan bantuan dari Dinas Ketahanan Pangan untuk program pencegahan stunting,” jelasnya.
Menurut Desi, dalam perjalanan setengah periode masih banyak pekerjaan rumah yang harus dituntaskan termasuk pendirian cabang baru serta perlunya penguatan cabang dan ranting.
“Alhamdulillah ada PCNA Ngimbang dan Glagah yang mulai bangkit kembali. Pada periode ini pula ada pendirian ranting baru yakni PRNA Morocalan dan PRNA Tenggulun. Mudah-mudahan kita senantiasa berbahagia dalam ber-Nasyiah,” tuturnya. (Nely Izzatul)
Discussion about this post