PWMU.CO-Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (HW) dalam sejarahnya telah menjadi mesin pengaderan Muhammadiyah yang melahirkan tokoh besar. Seperti Jenderal Sudirman dan Kasman Singodimedjo.
Sayangnya, mesin pengaderan itu berhenti akibat kebijakan politik pemerintah yang membubarkan seluruh kepanduan organisasi dan meleburkan menjadi Pramuka tahun 1960.
Hal itu diungkap Ketua Kwartir Wilayah Gerakan Kepanduan HW Jawa Timur Ramanda Muhammad Harun Roesyiedh saat mengisi Pendidikan dan Latihan (Diklat) Dewan Sughli Wilayah (DSW) HW Jatim di di Kantor Lembaga Pengembangan Ekonomi (LPW) HW Jl. jemursari Selatan Surabaya, Sabtu (30/3/2019).
Dia menyampaikan, kebijakan tahun 1960 itu mengakibatkan selama 39 tahun, dari tahun 1960 sampai 1999, Muhammadiyah kehilangan mesin perkaderan organik yang luar biasa
Sehubungan dengan angin reformasi yang membolehkan ormas mendirikan kepanduan maka Hizbul Wathan dibangkitkan lagi sebagai organisasi otonom (Ortom) Muhammadiyah.
”Organisasi otonom dibentuk di bawah persyarikatan untuk membina kader dan kelompok masyarakat lain sesuai dengan bidang kegiatannya untuk mencapai maksud dan tujuan Muhammadiyah, termasuk HW,” jelas Harun.
Untuk menyiapkan pengaderan pimpinan membentuk enam mesin perkaderan organik Angkatan Muda Muhammadiyah. Yaitu Hizbul Wathan (HW), Tapak Suci (TS), Nasyiatul Aisyiyah (NA), Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM), dan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), ditambah ortom khusus Aisyiyah.
”Jadi Muhammadiyah itu cerdas. Tidak main-main dalam menyiapkan generasi mudanya. Hizbul Wathan sebagai salah satu mesin organik perkaderan membina mulai usia 6 tahun sampai dengan 25 tahun,” katanya.
Kader-kader ini, sambung dia, dilibatkan langsung dengan kegiatan Muhammadiyah. HW selalu meminta pekerjaan kepada Muhammadiyah karena Pandu HW siap menolong dan wajib berjasa seperti yang tertera di Undang-Undang Hizbul Wathan nomor 3,” tegas Harun asli Gresik ini.
Dia menjelaskan keunikan perkaderan di Hizbul Wathan mengenalkan Al Islam dan kemuhammadiyahan menggunakan Prinsip Kepanduan. Yaitu pengamalan akidah Islamiah selama latihan, pembentukan akhlak mulia dalam semua kegiatan HW, dan pengamalan kode kehormatan pandu dengan mengamalkan janji HW dan Undang-undang HW.
Di HW anggota dibentuk sistem kelompok mulai dari tingkat Athfal sampai Penuntun. Semua kegiatannya di alam terbuka bukan di kelas. Pendidikan yang dilakukan dengan model menarik, meningkat, menyenangkan, dan menantang.
Pandu HW pasti menempelkan tanda-tanda kenaikan tingkat dan tanda kecakapan di seragamnya. Selama kegiatan juga dipisah pandu perempuan dan laki-laki. ”Itulah metode kepanduah Hizbul Wathan,” tandas lelaki tinggi besar ini. (Jessica/MHR)