PWMU.CO – Merayakan Hari Pendidikan Nasional, seluruh siswa SD Muhammadiyah 1 Pucanganom Sidoarjo (SD Muh1da) asyik memainkan berbagai permainan tradisional, Senin (2/5/2019).
Sebelum bermain, setiap siswa menuliskan dengan bahasanya sendiri tentang alat dan cara bermain permainan tradisional yang dibawa dari rumah. Kegiatan menulis ini dilakukan di jam literasi sekolah yaitu 15 menit sebelum pembelajaran dimulai.
Ada 20 jenis permainan tradisional yang dibawa siswa. Ada yang dimainkan di dalam kelas maupun di halaman dan koridor sekolah. Di dalam kelas mereka asyik main dakon, lidi goyang, bekel, ular tangga dan stick.
Permainan dakon yang paling banyak dibawa oleh siswa. Alexsy, siswa kelas 1 mengatakan, dakon ini paling mudah didapat di toko mainan.
Permaian lidi goyang menggunakan sekumpulan potongan lidi sepanjang 20 cm. Dimainkan 4 sampai 6 anak. Permainan ini cukup membuat pemain degdegan sebab saat bermain mereka mengambil satu lidi yang sudah terserak. Syaratnya lidi lain yang saling bertumpuk tidak bergoyang.
Lidi yang terambil tanpa menggoyang lidi lain menjadi milik pemain. Pemenang permainan ini adalah pemain yang berhasil mengumpulkan lidi terbanyak.
”Permainan ini perlu konsentrasi dan tahan napas,” ucap Amira, siswa kelas tiga. ”Kalau nafas kita terlalu keras nanti lidinya akan bergoyang dan kita gagal memiliki lidi.”
Dia menambahkan, teman-temannya meletakkan permainan tradisional ini di kelas. Mereka mainkan lagi saat istirahat esok hari. ”Seru ternyata bermain rame-rame di kelas,” ucapnya.
Selain permainan tradisional, siswa kelas 4 dan 5 nonton bersama film berjudul Jembatan Pensil di kelas masing-masing. Sebuah film yang mengisahkan kehidupan seorang anak SD yang mengalami keterbelakangan mental bernama Ondeng. Namun memiliki kepedulian dan suka menolong teman-temannya.
Film ini sangat menginspirasi. Para siswa banyak yang menangis saat menonton. Mereka iba dengan keadaan Odeng. Kebaikan budi Ondeng semakin menyadarkan siswa bahwa setiap anak mempunyai keistimewaan.
”Pembelajaran di luar kelas ini dan nonton film ini menyenangkan dan bermakna,” kata Ustadzah Wiwien Ervina, wali kelas 5. (Enik)