PWMU.CO – Pelaksanaan pembinaan Tarawih Ramah Anak di SD Muhammadiyah Manyar (SDMM), Jumat (10/5/19) berlangsung lancar seperti hari-hari sebelumnya. Dining room—yang sekarang disulap menjadi mushala—perlahan mulai dipenuhi jamaah anak-anak. Sebagian dari mereka tampak didampingi ayah atau ibunya.
Beberapa guru pendamping berjaga di luar mushala. Ada juga yang bergabung ikut jamaah. Satpam pun telah siap berjaga di gerbang sekolah.
Usai shalat Isya, datang dua laki-laki yang terlihat sedang mengamati para jamaah. Saat imam mengucap takbir memulai Tarawih, kedua lelaki yang ternyata wartawan itu dengan sigap mengeluarkan ponsel dan handycamnya. Keduanya kemudian mengabadikan pelaksanaan Tarawih Ramah Anak itu dari berbagai sudut pengambilan gambar.
Mereka tampak tertarik dengan tingkah khas anak-anak yang tidak bisa tenang selama Tarawih, namun tetap bertahan pada barisan shaf shalatnya. Di tengah shalat berlangsung, sesekali terdengar celotehan khas anak-anak.
Wartawan MNC TV Agus Iswanto mengaku tertarik meliput Tarawih Ramah Anak di SDMM. “Daripada Tarawih kilat tujuh menit, ya mending ini. Ada nilai edukasinya,” ujarnya sesaat setelah pengambilan video.
Ia kemudian berjalan cepat pindah ke barisan jamaah perempuan dan merekam kembali tingkah anak-anak saat Tarawih. Agus merekam agak lama dua anak laki-laki usia balita, adik-kakak, yang asyik bermain di samping ibunya.
Ia juga merekam tingkah lucu seorang anak perempuan yang menutup kepalanya dengan tas ibunya ketika shalat. Ada juga balita yang asyik tiduran tengkurap di samping ayah dan kakaknya.
Beberapa anak kecil pun berjalan-jalan di sekitar mushala dan kembali ke mushala melanjutkan shalatnya. Bahkan, ada satu anak usia TK yang menghampiri Agus dan menanyakan tentang handycam-nya saat ia sedang merekam. Sesekali, Agus tampak tersenyum gemas melihat tingkah mereka.
Tak hanya Agus, wartawan portal online beritajatim.com wilayah Gresik-Lamongan Deni Ali mengatakan sampai malam itu belum ada liputan menarik seputar Ramadhan sebelumnya. “Ya masih ini, belum ada yang menarik lainnya,” ujarnya saat ditemui PWMU.CO di sela proses liputannya.
Deni mengaku ini kali ketiga ia datang meliput di SDMM. “Dulu sudah pernah dua kali. Saat e-voting dan apa ya satunya lupa,” kata dia.
Usai Tarawih, Agus dan Deni mengambil gambar dan video proses pembagian snack (jajan) kepada anak-anak. Tiap anak mendapat dua macam snack. Setelah itu, mereka memanggil dua anak dan mengajaknya masuk kembali ke mushala untuk diwawancarai.
Sehari sebelumnya, SDMM memang membagi dua link PWMU.CO yang memberitakan Tarawih Ramah Anak ke beberapa wartawan. Jumat (10/5/10) selepas Maghrib, Agus menghubungi Shofan Hariyanto, guru SDMM, untuk memberitahu akan kedatangannya. Keduanya saling kenal karena tahun lalu Agus meliput prestasi Robotik SDMM.
Sekolah yang berlamat di Jalan Amuntai No 1 Gresik Kota Baru ini mengundang wartawan jika ada kegiatan yang menarik untuk dikonsumsi media. Shofan menegaskan, liputan ini tidak berbayar, alias gratis. “Sebab kami yakin, jika media juga butuh berita menarik. Dan kami butuh liputan yang lebih luas. Jadi seperti simbiosis mutualisme,” ujarnya.
Kepada PWMU.CO, Syafiq Ahnaf Muazzam, siswa SDMM kelas III Kalimantan mengatakan, ia hanya mendapat satu pertanyaan dari kedua wartawan tersebut. “Aku ditanya, enak gak Tarawih di sini,” ungkapnya.
Azzam, sapaannya, menjawab suka karena mendapat jajan. “Tarawihnya itu bacaan suratnya pendek, jadi aku gak capek. Ceramahnya juga lucu jadi aku gak ngantuk,” jelasnya di sela menunggu dijemput oleh sang ayah.
Kepada kedua wartawan tersebut, Kepala SDMM Ahmad Faizun SSos mengatakan, programnya ini supaya anak tidak bosan Tarawih dan tidak takut mengikuti shalat berjamaah. “Ya kalau mereka rame ya diingatkan dengan baik dan sabar, tidak dimarahi,” ungkapnya.
Kenyamanan anak dan orangtua, kata Faizun, juga menjadi prioritasnya. “Boleh didampingi orangtuanya. Ada satpam juga yang jaga pintu gerbang, jadi aman,” jelasnya.
Bagi orang dewasa, lanjut Faizun, untuk bisa Tarawih khusyu di SDMM memang harus ekstra. “Tetapi karena kami menata shaf merata, setiap shaf ada guru atau orangtua dan anak-anak, maka tingkat kegaduhan tidak terlalu tinggi,” paparnya.
Ia bersyukur semua jamaah menyadari, ini merupakan program pembinaan Tarawih bagi anak. “Jadi harus ramah membinanya,” tegasnya. (Vita)