PWMU.CO – Selain menyucikan jiwa dan mencerahkan nurani, ibadah puasa juga berdampak positif terhadap kesehatan tubuh kita.
Dalam sebuah hadis dikatakan, “Berpuasalah, niscaya kamu sehat.” (shūmū, tashihhū), riwayat at-Thabarānī dari Abi Hurairah.
Meskipun jalur transmisi hadis ini diperdebatkan, namun kebenaran muatannya sudah banyak dibuktikan secara medis. Coba kita renungkan! Kalau Anda makan tiga kali sehari maka rata-rata tiap delapan jam lambung mendapat tugas baru.
Karena makanan ditampung dan dicerna oleh lambung selama empat jam, diolah sampai diserap oleh usus selama empat jam juga. Ini berarti perut kita terus-menerus bekerja tanpa istirahat.
Nah, puasa memberikan interval waktu bagi organ-organ pencernaan tersebut untuk merenovasi sel-sel yang rusak dan memberikan kesempatan energi tubuh memenuhi kebutuhan organ-organ lainnya.
Benarlah sabda Nabi SAW, “Segala sesuatu ada zakatnya, dan zakatnya tubuh adalah puasa.” HR Ibn Majah dari Abi Hurairah (No 1745).
Bukankah zakat itu makna dasarnya bersih dan tumbuh sehingga puasa berarti tazkiyatun nafs plus tazkiyatul jasad?
Penelitian mutakhir Hari Basuki dan Dwi Prijatmoko (2005) dari FKG Universitas Jember menyimpulkan bahwa puasa selama Ramadhan dapat menurunkan risiko kardiovaskuler melalui perubahan komposisi tubuh, tekanan darah, dan plasma kolesterol.
Tidak ada yang perlu dikuatirkan dari puasa walaupun pada musim panas yang waktu siangnya lebih panjang dari dari waktu malam, seperti di Eropa atau di Australia.
Sebagaimana ditegaskan AJ Carlson, Profesor Fisiologi di Universitas Chicago Amerika Serikat, seorang manusia normal yang sehat bisa bertahan hidup 50 hingga 75 hari tanpa makanan, asalkan tidak terkena unsur-unsur toksin dan atau tekanan emosi. Cadangan lemak dalam tubuh manusia diyakini lebih dari cukup untuk memberinya tenaga untuk bekerja selama beberapa pekan. (*)
Kolom Ramadhan bersama Dr Syamsuddin MA, Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.