PWMU.CO – Setiap orang pasti menginginkan hidup tenang dan bahagia dengan pasanganya. Salah satu resepnya adalah menyadari kelebihan dan kekurangan pasangannya.
Inilah yang disampaikan oleh motivator Heru Kusumahadi Lc MPdI dalam Pengajian Ramadhan V 1440 H, yang digelar Majelis Dikdasmen Pimpnan Cabang Muhammadiyah GKB, di Cordoba Convention Hall SMAM 10 GKB, Gresik, Jumat (10/5/19).
Heru mengatakan, menikah itu harus dilandasi dengan niat karena Allah. “Dan ketika sudah menikah saling mengkabarkan segala hal yang disukai dan dibenci oleh pasangan masing-masing adalah modal utama dalam membangun rumah tangga,” ujarnya.
Karena itu penyiar radio Suara Muslim Surabaya ini mengajak suami-istri untuk memahami karakternya dengan menjelaskan perbedaan fitrah laki-laki dan perempuan. “Laki-laki mempunyai fitrah nalar, rasionalitas, menawarkan penyelesaian, mengabaikan perasaan, fokus, single tasking, cenderung menarik diri, dan berfikir dalam,” jelasnya
Sedangkan perempuan, menurutnya, mempunyai fitrah: perasaannya halus, sensitif, menawarkan nasehat dan petunjuk yang tidak diminta, multi tasking, dan perlu memperbincangkan apa yang dirisaukan.
“Sifat saling memahami antara kelebihan dan kekurangan pasangan keduanya adalah kunci membina kelurga sakinah, mawaddah warahmah,” jelasnya.
Heru juga berpesan agar setiap keluarga menempatkan spiritualitas sebagai nomor satu. “Menikmati keluarga bukan nikmat atau musibahnya, tapi syukur dan sabarnya; bukan kaya atau miskinya, tapi shadaqah dan doanya. Bukan pula sakit atau sehatnya, tapi dzikir dan tafakurnya; bukan sedikit atau banyaknya, tapi ridha dan qanaahnya,” urainya.
Alumnus Universitas Al Azhar Kairo Mesir ini juga menyelipkan humor di dalam ceramahnya. “Secara kodrat wanita menyukai fisik seorang laki-laki yang matanya bagus. Dan lebih suka lagi terhadap laki-laki yang bermata pencarian mapan,” ucapnya yang disambut tawa peserta.
Heru mencontohkan dirinya sendiri. Pada saat melamar dia berusaha meyakinkan calon istri dan mertuanya sebagai sosok laki-laki yang tepat: pria mapan. (Rahmat Syayid)