PWMU.CO – Dalam Ihya’ Ulumiddin, Imam Al-Ghazali menguraikan beberapa dimensi puasa yang patut untuk diketahui, agar hasil puasa bisa optimal. Bukan sekadar hasil minimal, yaitu gugurnya kewajiban dan tetapnya identitas diri sebagai Muslim.
Menurutnya, ada tiga dimensi puasa. Pertama, dimensi esoteris di mana Anda menahan diri dari makan-minum dan kegiatan seksual. Inilah puasanya orang awam, yang hanya shaum al-bathni wa al-farji. Dimensi ini penting karena menjadi syarat minimal puasa.
Kedua, dimensi semi-esoteris di mana seseorang itu tidak hanya berpuasa perut dan kemaluannya, menahan diri dari kegiatan makan dan seksual tetapi juga pancaindra dan anggota badan lainnya. Ia mengunci penglihatan, pendengaran, penciuman, dan kaki tangannya dari segala yang haram dan syubhat. Inilah puasanya kelompok menengah, puasa seluruh organ tubuh atau shaum al-jawarih.
Yang ketiga adalah dimensi isoteris di mana Anda berpuasa total, mencekik syahwat badaniah, dan syahwat batiniah sekaligus. Namanya shaum al-qalb, yaitu apabila hati dan akal pikiran pun berpuasa dari pelbagai keinginan, kerinduan, dan puasa dari berharap kepada sesuatu selain Allah.
Inilah puasanya para khawas, mereka yang hatinya tidak pernah berpaling dari Allah SWT. Untuk hasil yang maksimal, idealnya puasa kita merangkum tiga dimensi tersebut (lihat: Ihya Ulumuddin, juz 3, halaman 428-430). (*)
Kolom Ramadhan bersama Dr Syamsuddin MA, Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur.