PWMU.CO – Orang yang berpuasa di bulan Ramadhan itu seperti ulat yang bertapa dalam kepompong, kemudian keluar menjadi kupu-kupu yang indah.
Hal itu disampaikan oleh HM Sholihan pada acara safari Ramadhan Muspika Wringinanom di Masjid Al Ikhlas Bersuko, Rabu (15/5/2019).
Muspika Wringinanom rutin mengadakan Safari Ramadhan dari masjid ke masjid. Salah satu masjid yang ditunjuk sebagai tempat pelaksanaan adalah Masjid Al Ikhlas yang merupakan amal usaha Muhammadiyah Ranting Bersuko Desa Lebanisuko.
Dalam acara ini dilaksanakan tarawih bersama Muspika dan masyarakat setempat. Menjadi imam adalah Ustadz Ramatul Fuad dari Muhammadiyah. Setelah tarawih diisi ceramah agama yang diisi HM Sholihan dari NU.
Sholihan yang juga ketua MUI Wringinanom mengatakan, Desa Lebanisuko ini unik, meskipun penduduknya campuran dari berbagai organisasi dengan paham yang berbeda tapi bisa hidup rukun berdampingan.
Dia mencontohkan kegiatan tarawih pada malam itu. ”Orang NU yang biasa tarawih 23 rakaat, sekarang bersama-sama orang Muhammadiyah tarawih 11 rakaat. Jadi sekarang saya dapat kortingan 12 rakaat,” candanya disambut tawa para jamaah.
Dia juga menambahkan, tarawih 23 rakaat atau 11 rakaat itu baik gak usah eker-ekeran karena masing-masing mempunyai dasarnya. ”Sing mboten sae niku sing mboten trawih,” sambungnya.
Tujuan puasa, sambung dia, untuk mengubah manusia biasa menjadi umat yang terbaik dan berkualitas. ”Jadilah seperti kupu-kupu, awalnya ulat yang menakutkan dan menjijikkan kemudian menjadi kupu-kupu yang indah dan dicintai,” katanya.
Sholihan juga menegaskan, puasa jangan hanya meninggalkan makan dan minum saja, tapi juga larangan Allah lainnya. ”Mulut jangan suka bohong dan ghibah, itu dapat menghilangkan pahala puasa,” tuturnya.
Sebelumnya Camat Wringinanon Suwartono AP MSi dalam sambutannya berharap tradisi guyub rukun seperti ini jangan hanya terjadi di bulan Ramadhan. Suasana hidup aman, tertib, nyaman, dan damai diharapkan tetap dijaga selamanya.
Apalagi tanggal 31 Juli 2019 akan ada pemilihan kepala desa serentak di Kabupaten Gresik yang rawan terjadi gesekan antar warga. ”Bedo pilihan gak popo, tapi seduluran tetep sak lawase,” ujarnya. (Abi Aida)