PWMU.CO-Puasa Ramadhan bukan sekadar menahan makan minum, tidak berhubungan suami istri di siang hari. Namun orang berpuasa wajib menjaga diri dari perbuatan tercela.
Hal itu disampaikan KH Mukhtar Buchori saat menyampaikan pengajian menjelang berbuka di Masjid Attaqwa Giri, Kebomas, Gresik, Kamis (16/5/2019).
Pak Tar, sapaannya, mengatakan, definisi puasa menjaga makan dan minum serta tidak berhubungan badan suami istri dari terbitnya fajar sampai Maghrib. ”Selain itu, apapun yang negatif harus kita hindari, terutama mulut kita jaga dari kebohongan,” katanya.
Dia mengutip hadits qudsi Allah swt berfirman, sesungguhnya puasa adalah untuk Aku, dan Akulah yang menentukan kadar pahalanya.
Ketua PCM Gresik ini juga menukilkan hadits riwayat Bukhari, Rasulullah bersabda, maukah kalian aku tunjukkan dosa-dosa besar? Rasulullah ulang sampai tiga kali, maka para sahabat pun menjawab, ya Rasulullah. Rasulullah pun berkata, pertama, syirik kepada Allah, kedua, durhaka kepada orang tua, dan ketiga, perkataan bohong. Diulang Rasulullah tiga kali.
”Kadang kala kita menyepelekan perkara berbohong. Melihat dari hadits di atas ketika Rasulullah mengulang tiga kali agar tidak berbohong menandakan suatu perkara yang harus diperhatikan terutama bagi suami istri,” tegas pak Tar diringi dengan tawa para jamaah yang hadir.
Pak Tar juga mengingat jangan pula sekali-kali menjanjikan sesuatu kepada anak. Lebih baik tidak diomongkan langsung diberikan agar menjadi surprise. ”Karena ketika kita pernah menjanjikan sekali saja kepada anak kita dan kita tidak memenuhi janjinya, maka akan membekas bagi anak akan kebohongan yang kita ucapkan,” seru dia.
Dikatakan, ajari anak berkata benar. Jangan sekali-kali memarahi anak karena kejujuran si anak. ”Jangan dongengi sianak dengan kancil yang suka berbohong. Hati-hati saat kita mendongengkan anak yang berimplikasi pada kebohongan. Bisa-bisa si anak akan memiliki mindset di dalam otaknya akal untuk berbohong meniru si kancil,” tuturnya.
Dia mengingatkan, jangan suka memarahi suami yang mencoba jujur kepada istri walaupun salah. Karena hal itu secara tidak langsung mengajari atau mengajak pada kebohongan.
”Barang siapa tidak bisa menjaga mulutnya, perbuatan tercela, dan kebodohan maka Allah akan menganggap puasa kita cacat,” pesannya. (Dimas Hasbi)