PWMU.CO – Suasana masih gelap. Jalanan masih lengang. Adzan Subuh baru saja berkumandang dari Masjid AR Fachrudin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ahad (19/5/19).
Namun, suasana di masjid tampak berbeda. Shaf-shaf masjid tampak sudah dipenuhi para jamaah. Sebagian yang tidak kedapatan tempat di ruang utama masjid lantai 3 diarahkan petugas melalui pengeras suara agar ke lantai 4.
Tidak berselang lama iqamah berkumandang. Para jamaah segera bangkit untuk menata dan merapikan shaf. Dari pengeras suara terdengar imam menyeru kepada para jamaah untuk merapikan dan merapatkan shaf, yang merupakan bagian dari kesempurnaan shalat berjamaah.
Subuh itu sang Imam membaca surat Al Buruj dan Al Ghasiyah di rakaat pertama dan kedua. Suaranya mirip Mishari Ar Rasyid, imam Masjid Alharam, yang murattalnya banyak diputar di masjid menjelang berbuka puasa.
Imam shalat Subuh tersebut memang bukan sembarangan. Dialah Andre Oktaviansyah. Pemuda kelahiran Sumbawa, 27 tahun lalu tersebut memang menjadi imam tetap di masjid ikonik berwarna putih itu.
Andre, panggilannya, memang menjadi koordinator di Badan Pemakmuran Masjid (BPM) Masjid AR Fachrudin UMM. Dia menjadi imam shalat di masjid kampus tersebut sudah tujuh tahun.
“Alhamdulillah, mulai menjadi imam di BPM ini sejak tahun 2012 hingga sekarang,” ujar Andre yang pernah mondok di Sumbawa selama empat tahun itu.
Alumni Fakultas Agama Islam Jurusan Syariah itu selain menjadi imam di tiga masjid kampus UMM juga menjadi koordinator serta mentor bagi para imam yang baru. “Iya, ada pembinaan untuk para imam lewat murajaah dan pengembangan hafalan Alquran,” katanya.
Untuk menjaga dan menambah hafalan Alquran, Andre melakukannya dengan metode mendengar. “Jadi ada bagian-bagian waktu untuk memperkuat atau menambah hafalan. Kalau saya lebih suka mendengar bacaan Alquran yang saya unduh di internet melalui ponsel setelah shalat subuh,” ujarnya.
Selama menjadi imam masjid, penggemar Mishari Ar Rasyid itu selalu menantikan waktu-waktu di sepuluh malam terakhir Ramadhan. “Karena di masjid AR Fachrudin ini ada qiyamu ramadhan yang dimulai pukul 02.00 hingga menjelang sahur. Jamaah hampir selalu penuh satu lantai,” ungkapnya.
Kepala BPM AR Fachrudin Sunarto mengamini apa yang disampaikan Andre. Menurutnya, Masjid AR Fachrudin tidak hanya menyelenggarakan shalat berjamaah lima waktu, tapi juga penyediaan imam.
“Imam yang baik dalam hafalan dan bacaannya membuat jamaah tenang dan khusyuk dalam shalatnya,” ungkap dosen jurusan bahasa Arab di UMM itu.
Menurut pria kelahiran Bojonegoro, 55 tahun lalu itu, rekrutmen imam di Masjid AR Fachrudin selalu mendatangkan para hufadz dalam proses seleksinya. “Itu tadi, karena imam punya peranan penting dalam shalat berjamaah, maka sesuai kebutuhan jumlah imam di masjid, agar kualitas bacaan dan hafalan tetap bagus,” ungkap pria yang awal mengajar di UMM sejak tahun 1991 itu.
Selain dari proses seleksi, lanjut Sunarto, imam di masjid AR Fachrudin juga didapat dari unit kegiatan siswa (UKM) MTQ yang ada di UMM. “Karena masjid AR Fachrudin tidak mengenal kata libur, maka imamnya tidak cukup satu,” ujar kepala BPM sejak tahun 2017 tersebut. (Darul)