PWMU.CO – Bani Israel menjadi topik Masjid AR Fachruddin Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ahad (19/5/19). Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi Dr Mukhlis Lahuddin MSi menyampaikan 12 keistimewaan dan 12 pelanggaran Bani Israel, baik dalam konteks masa lalu maupun tafsir kekinian.
Hal itu dia sampaikan dalam Kuliah Subuh di dalam rangkaian Kajian Ramadhan 1440 H Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Ahad (19/5/19).
Mengawali ceramahnya, Mukhlis menyitir Alquran surat Albaqarah 65-66. “Dan sungguh kamu telah mengetahui orang-orang yang melakukan pelanggaran di antara kamu pada hari Sabtu, lalu Kami katakan kepada mereka jadilah kamu kera yang hina. Maka kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang pada masa itu dan bagi mereka yang datang kemudian serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa,” ungkapnya.
Menurut Mukhlis, ayat ini merupakan iktibar bagi kita atas perilaku orang-orang Bani Israel yang sangking jengkelnya Allah mengutuk mereka menjadi kera. “Bangsa yang sangat dihormati dan terhormat pada masanya tetapi karena melanggar atas kehendak Allah maka kemudian dikutuk menjadi kera,” ujarnya.
Sebenarnya ada 12 keistimewaaan yang diberikan Allah kepada Bani Israel. “Diturunkan nabi Musa, diberikan kitab taurat, diberikan kekuasaan yang luar biasa, diberi tempat yang teduh namanya Baitul Maqdis, diberi tanah yang subur dan diberi 12 mata air yang sejuk dan menyehatkan,” ujarnya.
Kemudian, sambungnya, diberi makanan manna salwa sayuran ketimun kacang bawang putih dan lainnya, diberi naungan oleh Allah ketika perjalanan ke mana pun, diberi kecerdasan dan derajat dilebihkan daripada bangsa lain di dunia pada saat itu. “Doanya hampir semuanya selalu dikabulkan, diselamatkan dari kejaran Firaun di Laut Merah, dan diampuni dosa-dosanya oleh Allah,” terangnya.
Namun demikian, lanjutnya, bangsa Bani Isreal juga mempunyai 12 pelanggaran. “Selalu mengingkari janji-janji kepada Allah, melanggar hukum-hukum Taurat, mencampur adukkan yang hak dan yang bathil, menyembunyikan kebenaran walaupun dirinya mengetahui bahwa itu benar, tidak mau bertaubat meski mengerti itu salah, dan mengganti perintah Allah dengan hal-hal yang tidak diperintahkan,” ungkapnya.
“Selanjutnya banyak permintaan walaupun sudah banyak dipenuhi, banyak pertanyaan yang berakibat menyulitkan dirinya sendiri, menyembah anak sapi atau lembu berupa patung emas, melanggar ibadah pada hari Sabtu sebagai hari agung bagi Yahudi, membunuh dan mendustakan para nabi, dan merubah isi taurat,” terangnya.
Kutukan menjadi kera tidak berhenti pada kera dalam wujudnya pada masa itu. “Maka sifat-sifat yang melekat pada kera terus berjalan sampai saat ini tatkala manusia suka melanggar aturan Allah,” ujar pria yang juga Dosen Universitas Muhammadiyah Jember ini.
Muklish menjabarkan sifat-sifat kera. “Kera itu rakus dan tamak, meski mulutnya sudah penuh, perutnya sudah kenyang, tangan dan kakinya menggenggam makanan, tetapi masih ada yang disembunyikan,” ujarnya.
Kemudian, ujarnya, suka berteriak-teriak, entah lapar kenyang, terancam maupun tenang, aman tidak aman. Mengambil tanaman orang tanpa ijin walaupun tidak ikut menanam. Menyerang jika kelaparan. Memelas kalo terjepit dan tidak berdaya serta ketika sedikit jumlahnya.
“Selanjutnya sifat kera adalah arogan dan sombong jika banyak temannya, suka pura-pura, menipu dan licik. Lebih cenderung mementingkan diri sendiri. Mau berkumpul jika ada makanan. Tidak pernah merasa kenyang. Ingin makan terus walaupun perutnya terbatas,” ungkapnya.
Sifat-sifat inilah, menurutnya, yang sampai zaman sekarang masih berlangsung meskipun kera yang dikutuk sudah tidak ada tapi sifatnya terus berlaku sepanjang zaman.
“Maka mari selalu menaati perintah Allah dan Rasulnya, agar sifat-sifat kera tidak menular dalam sikap dan perilaku kita,” ajaknya. (Sugiran)