PWMU.CO – Kegiatan paling tinggi kualitasnya dari manusia adalah berpikir. Dengan berpikir menunjukkan fungsi aqliyah manusia. Namun sebelum berpikir dahului dengan berdzikir agar hasil pemikirannya selaras dengan ajaran Allah.
Hal ini disampaikan oleh Ustadz Helfida Hari Sancaka SAg dalam ceramahnya di depan jamaah Surga (Subuh Bersama Keluarga) Pimpinan Ranting Muhammadiyah Babat Tengah di Mushala Al Hikmah, Ahad (19/5/2019).
Dalam ceramah itu dia mengupas surat Ali Imron : 190-191. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.Yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi lantas berkata, Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.
Helfida menjelaskan, dalam tafsir Ibnu Katsir menjelaskan, dengan berpikir manusia terhadap fenomena alam penciptaan langit dan bumi. Ini akan melahirkan temuan-temuan setelah bisa mengungkap rahasia ilmu Allah swt.
Dia mengatakan, dalam hadits Nabi saw diriwayatkan Abu Umamah bersabda, keutamaan orang alim atas abid seperti keutamaanku atas orang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya Allah, para malaikat, penghuni langit dan bumi, bahkan ikan-ikan di lautan hingga semut di sarangnya, mereka bershalawat atas orang alim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.
”Orang alim itu artinya berilmu dan mengamalkan ilmunya untuk kebaikan, maka dampaknya sangat luas tidak hanya untuk sesama manusia. Bahkan lingkungan dan makhluk lainnya pun mendapatkan manfaat ilmunya orang alim tersebut,” tuturnya.
Sedangkan abid, artinya ahli ibadah, sambung dia, ibadahnya hanya untuk dirasakan sendiri dan untuk kepentingan dirinya sendiri. Begitulah Islam memberikan penghargaan yang tinggi kepada orang ‘alim (berilmu) yang mau mengajarkan kebaikan kepada manusia.
Dia menambahkan, ayat Ali Imron itu menyebutkan dzikir lebih dulu sebelum berpikir. Dengan dzikir mengingat Allah swt dan menyebut nama-nama dan keagungan-Nya, hati akan menjadi tenang. ”Ketenangan, pikiran akan menjadi cerah bahkan siap untuk memperoleh limpahan ilham dan bimbingan ilahi,” tuturnya.
Mengutip pendapat Syekh Muhammad Abduh, Helfida menjelaskan, Alquran adalah sumber informasi dan konfirmasi bagi akal. Karena itu akal, tidak boleh melampui dan bertentangan dengan Alquran.
”Akal harus tunduk kepada Alquran. Islam menuntun agar kehebatan potensi akal dimanfaatkan untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi seperti disebutkan ayat ini melalui keagungan penciptaan langit dan bumi, serta fenomena pergantian siang dan malam,” katanya.
Ayat ini, dia menegaskan, memberikan hikmah dan pelajaran bahwa sekecil apapun makhluk ciptaan Tuhan, semuanya memiliki fungsi, tidak ada yang sia-sia. Tugas manusia adalah memaksimalkan potensi akalnya untuk mengurai dan mempelajarinya sehingga menjadi dasar berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
”Potensi akal manusia tidak boleh melanggar ketentuanNya dan tidak sepatutnya terjadi kesombongan intelektual, tetapi justru harus menunjukkan sikap rendah hati dalam berilmu dan senantiasa memohon kepada Allah swt agar dihindarkan dari siksa neraka,” ujarnya. (M. Faried Achiyani)