PWMU.CO – Berawal dari keresahan sang ayah melihat para pekerjanya tidak efesien saat mengayak pasir, Fajar Ibrahim Sulaksono—bersama dua teman kuliahnya: Sabiq Nugroho dan Amirul Bagus Bintoro, dari Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Malang (UMM)—menciptakan mesin pengayak pasir canggih.
Mesin yang dinamakan Sinpangsir—akronim dari Mesin Pengayak Pasir—ini memiliki beberapa keunggulan. Di antaranya penggunaan waktu yang efesien untuk memilah pasir halus dan kerikil.
“Mengayak harusnya bisa dilakukan oleh satu orang saja. Tetapi pada kenyataannya harus dilakukan oleh tiga orang, bahkan lebih,” terang Fajar saat diwawancarai, Selasa (21/5/19).
Keunggulanitu bisa dilihat dari tabung pengayak yang didesain berbentuk segi delapan. Menurut Fajar, hal ini dilakukan bukan tanpa alasan. “Setiap sudut dari segi tersebut memiliki fungsi sebagai penghentak sekaligus pemisah antara kerikil dan juga pasir,” terangnya.
Selain itu, sambungnya, Sinpangsir juga memiliki penutup pada tabung pengayaknya untuk mencegah berhamburnya pasir dan kerikil keluar tabung.
Yang juga istimewa, mesin ini menggunakan premium (bensin) sebagai bahan bakar. “Sehingga mesin ini dapat ditempatkan di mana saja tanpa harus mencari sumber daya listrik,” terang Fajar.
Dia mengatakan, Sinpangsir bisa menampung hingga 174 kg pasir dan mampu mengayak sekitar 17 ton per jamnya.
Mesin inovatif yang dibuat dengan biaya sekitar Rp 6 juta ini telah didaftarkan di ajang Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Karsa Cipta Dirjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kemenristekdikti.
Sinpangsir berhasil maju ke tingkat monitoring dan evaluasi (monev) eksternal, sebelum nanti melaju ke Pekan Ilmiah Mahasiswa Naional (Pimnas) akhir Juni mendatang.
UMM sendiri berhasil meloloskan 38 tim PKM dari semua kategori skim, untuk didanai dan diwujudkan menjadi bentuk penelitian maupun karya nyata. (Izzudin)