PWMU.CO– Memasuki sepuluh terakhir Ramadhan pemburu malam lailatul qadar mulai iktikaf di Masjid. Seperti di Masjid Nurul Islam Pondok Maritim Wiyung Surabaya.
Jamaahnya mulai dari anak-anak, remaja sampai orang dewasa mulai memadati masjid sejak selesai shalat Tarawih, Sabtu (24/5/2019). Semakin larut malam, jamaah yang datang semakin banyak.
Pukul 02.00 pengurus masjid mengumumkan, menyediakan minuman dan camilan untuk jamaah. Ada air, teh, kopi, kurma, gorengan, buah, dan mi instan.
Pukul 03.00 terdengar adzan untuk membangunkan sahur. Kemudian takmir mempersilakan makan sahur bagi jamaah yang biasanya sahur pada jam tersebut. Menu sahur yang disediakan, Ahad (26/5/2019) adalah rawon lengkap dengan tempe, daging, telur asin, kecambah, sambal dan kerupuk.
Ada juga berdatangan beberapa makanan dengan menu berbeda dalam kotak stirofoam. Makanan ini sedekah jamaah.
Ketua Umum Takmir Masjid Nurul Islam Drs Asro Rofii menjelaskan, masjid ini dikelola untuk melayani jamaah. ”Sahur bersama awalnya hanya diikuti sepuluh orang. Untuk makan sahur beli nasi bungkusan di luar,” kata Asro yang juga Kepala Panti Asuhan Muhammadiyah Wiyung.
Sekarang, lanjutnya, sudah banyak teman-teman warga perumahan yang ikut sahur bersama setelah iktikaf. Shafnya sudah ditata, dan banyak kader. Untuk kenyamanan dan keamanan masjid dilengkapi WiFi, AC, kipas angin, dan CCTV.
Program Ramadhan 1440 H yang diadakan seperti Kajian Subuh Ramadhan, Kajian Sabtu Pagi, Kajian Ahad Pagi, Kampung Ramadhan Ceria, Tarawih dan Kultum, Tadarus Alquran, Warung Ramadhan, Bazar Ramadhan, Sahur 10 Malam Terakhir, Pembagian Nasi Bungkus ke Masjid, Mushala, dan Dhuafa, Takjil on the Road, Pondok Ramadhan dan Santunan Anak Yatim.
Dia menceritakan, untuk pengelolaan masjid pernah studi banding ke Masjid Jogokariyan Yogyakarta di tahun 2006. Pesertanya takmir, Remas, dan jamaah.
”Setelah belajar manajemen masjid, emak-emak menelurkan ide sahur bersama ini,” tutur Asro yang pernah menjabat Ketua Majelis Tabligh PCM Wiyung.
Dia berharap, masjid ini bisa ada kesinambungan. Jangan sampai tergantung pada seseorang. Kalau orang ini datang kegiatan bisa jalan, kalau tidak datang tidak jalan. ”Itu manajemen yang tidak sehat,” kata suami dari Fatma Robijatin, aktivis PCA Wiyung.
Ketua Zifia (Zakat Idul Fitri dan Idul Adha) Masjid Nurul Islam Yunianto Kurniawan mengatakan, sumber dana kegiatan berasal dari jamaah. ”Kami tidak menyebar proposal karena mau mencoba apakah dakwah yang selama ini disampaikan membuat masyarakat menyadari sendiri untuk mendonasikan sebagian rezeki mereka. Ternyata sejauh ini bisa dikatakan cukup berhasil,” kata Anto, panggilannya.
Masjid yang memiliki menara seperti Masjidil Haram ini sering dipakai sebagai tempat untuk akad nikah warga perumahan.
”Kita berharap umat Islam tidak hanya menjadikan masjid sebagai halte. Datang beribadah lalu pulang begitu saja tapi tidak kenal satu sama lain meski sudah bertahun-tahun beribadah di masjid yang sama. Taglinenya adalah Sapalah Saudaramu,” ujar Anto, suami dari Indah Marwati, seksi konsumsi masjid ini. (Kiki Cahya Muslimah)