PWMU.CO – Manusia bukan meletik tekan watu (lahir dari dalam batu). Apalagi dari kera (monyet), seperti teori darwin tentang asal usul manusia. Namun, manusia lahir dari rahim seorang ibu, hasil reproduksi atas kehendak Allah swt. Demikian petikan isi pembukaan kajian kitab kuning “Qolbun Salim” yang disampaikan Bendahara Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Brondong Drs Mujafar Oetawi MPd, di Langgar Kidoel Kecamatan Brondong, Kabupaten Lamongan, Kamis (9/6) malam.
Selepas membaca surat al-A’rof ayat 189, Mujafar menguraikan, itu membuktikan bahwa yang menciptakan manusia adalah Allah swt, dengan proses dan menjadikan manusia berpasangan-pasangan. Dalam proses mencari pasangan hidup, lanjut Mujafar, harus diniati dengan ibadah dan tidak berputus asa. Sebab, jika nafsu yang dikedepankan dosa dan kecewa akan didapatkan.
(Baca: 5 Cara Emas Mendidik Anak Menurut Imam Al-Ghozali dan Pendidikan Modern Harus Tanamkan Nilai dan Rasa)
”Jodoh itu takdir, dan yang punya hak mutlak untuk menentukan jodoh seseorang itu Allah swt. Kadang ada muda-mudi yang berpacaran 3-5 tahun, endingnya berpisah, tak berjodoh. Tetapi ada yang baru berta’aruf 5 hari, kemudian merasa cocok dan akhirnya berjodoh. Berlanjut hingga kejenjang pernikahan. Adapula meraka yang nyeleneh, mencari jodoh di warung-warung pangkon,” jelasnya yang membuat tawa para jama’ah pecah.
Sekarang ini, tambah Mujafar, fenomenanya banyak orang yang hanya sekedar bisa menikah. Tetapi tidak bisa mendidik anak. ”Kalau diberi amanah mendidik anak, mintanya yang gratisan,” paparnya.
Menurut Mujafar ada 3 cara dalam mendidik anak agar menjadi anak yang shaleh. Pertama, menanamkan tauhid yang teguh dan lurus. Kedua, membekali ilmu agama yang kokoh dengan pengetahuan yang luas. ”Terakhir ketiga, mewariskan sifat welas asih (kasih sayang) dan juga kepekaan sosial,” urainya.
(Baca: Darurat Keimanan di Era Digital dan Tuntunan Lengkap Ibadah dalam Bulan Ramadhan)
Kekhawatiran akan generasi masa depan mendapat perhatian khusus dari Mujafar, itu lantaran dari apa yang disampaikan Imam Syafi’i, menyebut pada akhir zaman Islam tidak bisa tegak. Karena semua (segala sesuatu) itu diukur dengan uang, sebagai takarannya. ”Sesungguhnya baik dan buruknya karakter dan kepribadian anak itu tergantung orangtuanya,” Kata Mujafar sembari mengutip Al- hadist.
Dalam kesempatan yang sama, Doni Nugroho selaku Koordinator Kajian Langgar Kidoel mengatakan kegiatan ini sudah berjalan rutin, di setiap hari Kamis dan juga hari Senin. ”Sudah hampir tiga tahun rutin kajian ini diselenggarakan,” tandasnya. (A.Nafi’/aan)