PWMU.CO -Tauhid lawannya syirik. Sunnah lawannya bid’ah. Kalau belajar ilmu tauhid maka akan terhindar dari kesyirikan. Kalau melaksanakan sunnah maka akan terhindar dari bid’ah.
Hal itu disampaikan oleh Najih Ihsan MPdI pada Safari Ramadhan 1440 H yang diadakan oleh Angkatan Muda Muhammadiyah di Masjid An Nur Gang Rusun No. 5 Warugunung Karangpilang, Surabaya, Ahad (2/6/2019).
Anggota Majelis Tabligh Pimpinan Wilayah Muhammmadiyah (PWM) Jawa Timur itu mengkaji Bab Cara Menghilangkan Syirik dalam kitab Minhajul Firqotun An Najiyah.
Menurut kitab yang ditulis oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zaini itu, Najih Ihsan menyebutkan, cara menghilangkan menjadi sempurna dengan menghilangkan tiga macam syirik.
Pertama, syirik dalam perbuatan Allah. Yaitu berkeyakinan bahwa di samping Allah terdapat pencipta dan pengatur yang lain. Sebagaimana yang diyakini sebagian orang sufi, beberapa urusan diserahkan kepada beberapa waliNya untuk mengaturnya.
”Contohnya ketika para penyihir Firaun mendemonstrasikan sihirnya. Nabi Musa melempar tongkatnya kemudian bisa menjadi ular. Itu karena kehendak siapa?” tanyanya kepada jamaah.
”Allah,” jawab mereka serempak.
Kun fayakun, kata Najih, jadilah maka terjadilah. Padahal Nabi Musa ketika itu tidak tahu apa-apa, hanya diperintah oleh Allah untuk melempar tongkatnya. ”Bukan Nabi Musa yang mengubah tongkat itu menjadi ular, tapi atas kehendak Allah,” tuturnya.
Najih juga mencontohkan peristiwa lain yang bersifat ilmiah seperti perubahan wujud air yang dimasukkan ke dalam freezer.
”Apa yang terjadi?” tanya penceramah yang suka bertanya jawab dengan jamaahnya.
”Berubah menjadi es batu,” jawab jamaah serempak.
”Kenapa air yang dimasukkan ke dalam freezer bisa berubah menjadi es batu? Saya beri pilihan tolong dijawab ya,” katanya.
Satu, sambung Najih, saking pintarnya manusia membuat alat sehingga bisa membekukan air. Atau dua, dalam air ada hukumnya Allah agar ketika dimasukkan ke dalam freezer bisa menjadi es batu.
”Jawaban yang benar yang mana? Satu atau dua?” tanya Najih.
”Dua,” jawab jamaah sambil tertawa teringat jargon pemilihan presiden 01 atau 02.
Najih juga bertanya apakah jawaban nomor dua tersebut ada di buku kimia sekarang. Dijawab jamaah, tidak ada.
”Makanya anak muda harus menulis buku-buku ilmiah yang dikaitkan dengan pemikiran-pemikiran ilmu tauhid,” pesannya.
Kedua, syirik dalam ibadah dan doa. Menurut dia, sebagian umat Islam pada 2019 ini meyakini Rasulullah saw masih bisa dimintai pertolongan. Contohnya, istighasah kepada selain dari Allah seperti para rasul, para wali, para malaikat.
Terkadang dalihnya adalah bertawassul. Mereka menamakan perbuatan tersebut dengan selain nama sebenarnya. Karena tawassul adalah memohon kepada Allah dengan perantara yang disyariatkan.
”Tawassul itu ada tapi tidak kepada orang yang sudah meninggal meskipun itu adalah seorang nabi utusan Allah swt. Buka surah An Nisa ayat 24,” lanjutnya yang kemudian menganalisis ayat tersebut.
Dia menegaskan, tawassul adalah jalan yang bisa ditempuh untuk lebih dekat kepada Allah dengan cara beramal saleh, memakai Asmaul Husna, dan meminta doa orang salih yang masih hidup.
Ketiga, syirik dalam sifat. Yaitu menyifati sebagian makhluk Allah dengan sifat-sifat yang khusus milik Allah.
Najih kemudian melantunkan syair shalawat Assalamu alaika, alaika ya Salam, ya Mahi dunub, assalamu alaik. Artinya keselamatan atasmu, atasmu ya Pendamai, ya Pengahapus dosa, kedamaian atasmu.
”Rasulullah dalam kitab Taurat disebutkan sebagai Al Mahi artinya penghapus. Penghapus berhala, penghapus kekufuran. Tapi dalam shalawat yang saya bacakan tadi maknanya sebagai mahi dunub artinya penghapus dosa. Padahal yang menghapus dosa adalah Allah swt,” pungkasnya.
Safari Ramadhan 1440 H Angkatan Muda Muhammadiyah Cabang Karangpilang merupakan acara terakhir. Setelah kajian dilanjutkan dengan buka puasa bersama. Acara dihadiri Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah, Tapak Suci, Hizbul Wathan, Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah. (Kiki Cahya Muslimah)