
PWMU.CO-Ramadhan Keliling (Ramli) MI Muhammadiyah 10 Madrasah Para Penghafal Alquran Rejosopinggir Tembelang Jombang menghadiri Tarbusa (Pengantar Berbuka Puasa) di Masjid Ar Rayyan Jombang, Sabtu (1/6/2019).
Tausiyah disampaikan oleh H. Mahmud Fauzi Lc MHI, alumnus Universitas Al Azhar Kairo Mesir. Dia juga dosen Universitas Wahid Hasyim Tambakberas dan Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang.
Dalam ceramahnya dia mengutip hadits dari Jabir bin Abdillah ra yang menceritakan Nabi saw berkata,
لَا يُدْخِلُ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ الْجَنَّةَ، وَلَا يُجِيرُهُ مِنَ النَّارِ، وَلَا أَنَا إِلَّا بِرَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ
Tidak ada amalan seorang pun yang bisa memasukkannya ke dalam surga, dan menyelamatkan dari neraka. Tidak juga denganku, kecuali dengan rahmat dari Allah” (HR Muslim)
Dia menjelaskan, maksud hadits ini adalah seorang tidak bisa membayar surga Allah dengan amal perbuatannya. Karena amalannya penuh dengan cacat, sementara surga Allah terlalu sempurna untuk menjadi balasannya. Hanya dengan rahmat Allah saja seorang bisa tinggal di surgaNya.
”Lantas apakah kita tidak perlu beramal? Tentu saja kita harus tetap beramal dan beribadah. Beribadah ada dua yakni, beribadah karena kewajiban dan beribadah pengabdian,” katanya.
Menurut dia, jangan hanya beribadah karena kewajiban, padahal karunia Allah swt sangat banyak yang harus kita balas. ”Usia kita hanya sampai 75-80 tahun, maka mana mungkin mendapat balasan surga selama-lamanya, kan tidak sebanding. Maka bagaimana ibadah yang baik itu, yakni ibadah karena Allah. Mengabdi dan menghamba kepada Allah yang membuat Allah ridha,” tuturnya.
Begitu juga ketika bulan Ramadhan, sambung dia, jangan hanya beribadah karena mencari lailatul qadarnya, akan tetapi tetap beribadah semata-mata karena Allah swt dari awal puasa hingga akhir.
”Kita harus tetap rendah diri di hadapan Allah swt, harap-harap cemas. Jangan pernah merasa ibadah kita sudah yang paling baik, melainkan kita harus tetap merendah di hadapan Allah swt,” ujarnya.
Dia memberi contoh, murid yang mengerjakan PR selesai dikumpulkan ke gurunya. Satunya lagi dikumpulkan dengan meminta maaf kepada gurunya. ”Mohon maaf, Ustadz, hanya ini yang bisa saya lakukan, mohon maaf masih banyak kekurangannya.”
Maka ini yang bagus, merendah diri. Intinya harus ada tawadhunya di hadapan Allah swt. ”Kita harus sadar apa pun yang kita lakukan tidak ada nilainya di hadapan Allah swt dengan pahala yang disediakan seumur hidup. Surga itu tidak ada batasnya,” katanya. (Zuly Ahsanul Bariyyah)