PWMU.CO – Umumnya, lebaran tak lengkap tanpa ‘kue sejuta umat”: nastar. Namun bagi warga Betawi, kue akar kelapa harus selalu ada bersama dengan jajanan khas lainnya saat Lebaran. Termasuk bagi warga di Tambun, Bekasi, yang penduduk aslinya adalah suku Betawi.
May (39), warga Kampung Gondrong RT III RW III Nomor 17 Desa Jejalen Jaya, Kecamatan Tambun Utara, Kota Bekasi, mengaku selalu membuat kue akar kelapa tiap tahun. “Hampir tiap rumah di kampung ini, semua pada bikin akar kelapa,” ungkapnya.
Ibu dua anak ini mengatakan, proses pembuatan kue ini sangat mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama. “Ya kalau gak banyak nih, sejam aja jadi,” kata dia saat ditemui PWMU.CO di rumahnya, Jumat (7/6/19).
Untuk membuat kue kering ini, Mpok May—begitu ia akrab disapa—menyiapkan beberapa bahan, yaitu tepung beras, tepung ketan, jahe, kemiri, telor, kelapa parut, blue band, gula, dan sedikit garam. “Semua bahan dicampur nih jadi satu dengan air secukupnya, terus dibikin adonan. Udah gitu dimasukkan ke cetakan, panasin minyak, lalu digoreng. Udah,” jelasnya.
Nama ‘akar kelapa’, kata dia, karena bentuknya yang mirip dengan akar kelapa. “Rasanya gurih dan manis, jadi banyak yang suka. Crispy gitu,” ujarnya sambil mencicipi kue buatannya.
Mpok May mengatakan, ada juga yang menyebutnya ‘kue procot’. “Ya karena pas digoreng tuh, adonan diprocotin pelan-pelan Mbak, pake alat seperti tabung yang sudah dilubangin ujungnya,” jelasnya.
Ia menambahkan, kue ini juga selalu ada saat ada hajatan. “Kalau gak sempat bikin ya bisa pesan gitu. Sekilo dijual lima puluh ribu,” ungkapnya. (Vita)