PWMU.CO – Polemik penentuan awal bulan Ramadhan dan Syawal setiap tahunnya kerap terjadi. Menurut Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid (MTT) Pimpinan Wilayalah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Agus Purwanto hal itu muncul lantaran umat Islam Indonesia masih kekeh menggunakan kalender Masehi.
“Caba kalau umat Islam sepakat pakai kalender bulan Hijriah yang telah disepakati secara global di rumahnya masing-masing. Maka, polemik itu mungkin tidak akan ada lagi,” ujar Agus ketika menerima kunjungan studi mahasiswa Fakultas Syariah UIN Sunan Ampel Surabaya.
Agus memaparkan materi tentang “Peran Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam Segmen Teknologi” tersebut di Gedung Muhammadiyah Jatim Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya, Sabtu (15/6/19).
Dosen Fisika ITS itu mendorong umat Islam untuk melakukan penyamaan dan kemudian membuat sistem kalender Hijriah secara global sehingga perbedaan awal bulan Ramadhan, Syawal, dan lainnya tidak ada lagi.
“Insyaallah, perdebatan itu bisa segera terselesaikan dengan penggunaan kalender Hijriiah secara global,” tuturnya.
Agus berharap ada kompromi dan ada yang mau mengalah untuk penyusunan dan pembuat kalender Hijriah secara global. “Kan, ijtihad itu kalau salah masih dapat reward. Masak kita tetap ngotot ingin paling benar terus,” tuturnya.
Pendiri pesantren sains (trensains) itu menyebutkan, yang dirugikan dengan tidak adanya sistem kalender Hijriiah secara global adalah umat Islam itu sendiri.
“Kasian umat Islam. Masak sudah 1440 H pikirannya tidak berubah. Setiap tahun kita selalu saja berdebat dan tanya kapan waktunya hari raya tiba. Nah, inilah kesalahan terbesar kita karena tidak mau bersepakat pakai sistem kalender Hijriiah. Tapi masih pakai kalender Masehi,” tegasnya.
Agus lalu membandingkan dengan penentuan hari raya umat Nasrani, Hindu, Budha, dan lainnya. Setiap tahunnya pasti selalu sama. Hal itu dimungkinkan terjadi karena tidak ada perdebatan dalam penggunaan sistem kalender Masehi.
“Coba kalau umat Islam Indonesia itu pakai kalender Hijriah, pasti hari raya umat non-Muslim akan berbeda setiap tahunnya. Sebab mereka ikut kita, bukan sebaliknya,” tandasnya. (Aan)