PWMU.CO – Dalam acara pembukaan Kajian Ramadhan 1437 H, Sabtu (11/6) di DOME Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir mengatakan bahwa salah satu penyebab lahirnya terorisme adalah karena adanya disharmonisasi fikir dan zikir. Zikir tanpa fikir akan menjadikan spiritualitas yang egosentris. Sementara fikir tanpa zikir akan menghasilkan ide yang kering.
Haedar menjelaskan, fikir dan zikir juga bahkan bisa melahirkan terorisme. Dia mengatakan bahwa banyak para kaum agamawan yang memahami Surat Al-Anfal ayat 60 tanpa dipikir dan dikaji secara mendalam. Sehingga pemahamannya menjadi keliru.
(Baca: Bangsa Indonesia Gagal Berpuasa dan Eksploitasi Alam)
“Hal ini pernah menimpa Imam Samudera. Dia memahami Al-Quran hanya dari kulit, konteks luarnya saja. Kurang berfikir dan dipahami secara mendalam. Sikap seperti ini mengakibatkan ia menjadi seorang yang radikal,” terang Haedar.
(Baca: Ketum PP Muhammadiyah Launching 4 Buku dalam Kajian Ramadhan)
Haedar menjelaskan dalam ayat tersebut ada kalimat berperang kamu menggetarkan musuh Allah dan musuhmu. Dalam konteks itu, Imam Samudera memaknainya kata menggetarkan secara tekstual.
“Padahal jika dipahami secara mendalam. Kata tersebut adalah berarti menggetarkan hati. Karena salah penafsiran, ayat ini banyak dijadikan dalil oleh para pendukung radikalisme,” jelas Haedar.
(Baca: Ayu Sihir Peserta Kajian Ramadhan Muhammadiyah Jatim)
Dalam kesempatan itu, dia juga mengatakan bahwa dalam konteks fikir dan zikir, Bangsa Indonesia masih tertinggal. Maka dari itu, Haedar menegaskan Muhammadiyah harus mampu membantu Indonesia untuk mengejar ketertinggalan itu.
“Untuk mengejar ketertinggalan itu, perlu ada kerja sama semua pihak. Termasuk Muhammadiyah yang notabene merupakan salah satu organisasi terbesar di Indonesia,” kata Haedar. (ilmi)