PWMU.CO – Sekretaris Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Dr Abdul Haris MPdI menyatakan dua tema utama dakwah Muhamamadiyah saat ini adalah jihad ekonomi dan gerakan shalat berjamaah.
Hal itu ia sampaikan pada acara Silaturahmi dan Halal bi Halal yang diselenggarakan oleh Pimpinan Ranting Muhammadiyah (PRM) Suci, Manyar, Gesik di Cordoba Convention Hall SMAM 10 GKB Gresik, Ahad (16/6/19) malam.
Ustadz Haris, panggilan akrabnya, menyampaikan jihad ekonomi ini menjadi titik tumbuh gerakan amal usaha Muhammadiyah. Menurutnya, dengan mengembangkan jihad ekonomi maka dakwah Muhammadiyah dan aktivitas amal usaha Muhammadiyah (AUM)akan bisa bergerak lebih kencang dan memberikan manfaat lebih besar bagi umat.
Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surabaya ini menjelaskan jihad ekonomi mesti terlahir dari rumah tangga Muhammadiyah sendiri. Dia mengapresiasi keberanian Pimpinan Daerah Aisyiyah (PDA) Kota Surabaya dengan dengan roti Maida yang memiliki omset ratusan juta, PDA Yogyakarta dengan RotiMu, dan PRM Suci yang menggerakkan jihad ekonomi melalui Koperasi Syariah Surya Mandiri Sejahtera (SMS).
Mengenai gerakan shalat berjamaah, Haris menegaskan kepada pimpinan persyarikatan dan AUM agar mengajak diri, keluarga, dan warganya untuk berjamaah di masjid.
“Apa gunanya masjid dibangun dengan megah, dana bermiliaran, tapi minim jamaah. Maka, syarat sebagai pimpinan ya shalat jamaah di masjid,” ujarnya.
Kepada takmir masjid, ia berpesan agar mengelola kegiatan masjid dengan baik dan menggembirakan serta memberikan perhatian kepada jamaahnya sehingga kemakmuran masjid terus terjaga. “Nyuwun tolong ten pengurus takmir, kolo-kolo jamaah masjid sakmeniko diopeni, diajak nginep ten hotel Shangrila, 6 dinten ngoten. Mpun diajak ngaos mawon ngantos beset bokong,” ujarnya dalam bahasa Jawa.
Artinya, “Minta tolong kepada para takmir masjid, sesekali para jamaah itu dirawat. Ajak mereka menginap di Hotel Shangrila 6 hari. Jangan hanya diajak pengajian saja sampai pantatnya terluka.”
Haris kemudian mencontohkan bentuk pelayanan Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Masjid yang berdiri sejak tahun 1966 ini telah memiliki 28 divisi mulai biro klinik, komite aksi, gerakan infak mandiri
“Dan takmirnya memastikan perputaran uang infak untuk pelayanan terhadap jamaah termasuk keamanan dan kenyamanan selama menjalankan ibadah disana. Sehingga kemakmuran masjid tetap terjaga bahkan sebelum adzan dikumandangkan jamaah sudah memenuhi masjid dan halamannya,” ungkapnya.
Dia juga berbagi pengalaman dalam pengelolaan masjid di kampungnya. Di setiap bulan Ramadhan, dia mengajak komunikasi jamaahnya dan membantu kesulitan ekonomi yang dihadapinya.
“Nyuwun sewu, Bapak gadha utang pinten, damel nopo niku. Niki dipun bantu kalian kas masjid. (Permisi, Bapak punya utang berapa, dipakai apa saja itu. Ini dibantu sama kas masjid),” jelasnya.
Haris kembali mengajak agar semangat melakukan jihad ekonomi dan memakmurkan masjid sebagai wujud peradapan umat Islam.
“Mari jaga masjid kita dengan shalat berjamaah, jangan sampai sepi apalagi saat Subuh, gembirakan jamaahnya,” ajaknya. (Anis Shofatun)