PWMU.CO – Persepsi, sering kali menghalangi diri untuk melangkah, berlari, dan melompat sehingga dapat menghambat laju kesuksesan kita. Pesan tersebut disampaikan Direktur Kualita Pendidikan Indonesia (KPI) Misbakhul Munir SPdI saat memberikan motivasi dalam acara Purnawidya #10 Generasi Inspiratif, Sabtu (22/6/19).
Bertempat di Convention Hall Gedung Graha Sarana PT Petrokimia Gresik, Misbakh—sapaan akrabnya—menyampaikan pesan itu melalui kisah ‘Gajah Liar’. “Di Taman Nasional Way Kambas, Lampung sana, gajah-gajah oleh sebagian orang dari masyarakat itu diambil. Karena liar, masyaallah sulit sekali. Dia akan mengamuk, menabrak, bahkan membunuh pun bisa dilakukan oleh gajah liar ini,” kisahnya.
Pria asal Ponorogo, Jawa Timur itu melanjutkan, gajah liar tadi akhirnya ditangani oleh pawang gajah. “Dia cari rantai yang besar, lalu rantai yang besar itu dia ikatkan ke tonggak besi yang ditancapkan sampai dua meter ke dalam tanah. Kemudian rantai itu ditalikan ke kaki gajah tadi, sehingga gajah yang ada itu setiap hari berontak untuk melepas rantainya,” jelasnya.
Hal tersebut, lanjut Misbakh, dilakukan terus hingga sekitar empat bulan rantai gajah itu tidak terlepas dari kakinya. “Saat rantai itu dilepas, dalam benak gajah itu dirinya masih merasa rantai mengikat kakinya. Sehingga kalau kita lihat, gajah itu demikian jinak karena dalam benak dan pikirannya, dia hanya fokus bahwa dirinya sudah dirantai,” ujarnya.
Dalam kegiatan bertema ‘Spreading Joy, Chase Your Dreams’ itu Misbakh mengaku tak ingin anak-anak ada rantai gajah dalam benaknya. “Aku bodoh kok Ma, aku gak bisa kok Ma, aku nanti gak sukses kok Ma, hati-hati. Sekali ananda punya pikiran seperti itu, maka pikiran itu ibarat magnet yang akan terus mengikuti dan menyesuaikan apa yang ada dalam pikiran kita,” tegasnya.
Karena itu, ia mengajak audiens untuk memutuskan rantai gajah itu bersama-sama. “Katakan bahwa semua anak-anak kita akan sukses, menjadi penyelesai masalah, menjadi qurrota ayun, menjadi generasi yang membanggakan bagi kedua orangtuanya. Apa pun bentuknya, sekecil apa pun dia,” tuturnya.
Misbakh kemudian bertanya kepada 82 purnawidyawan dan purnawidyawati yang hadir, ingin jadi pemenang atau pecundang. “Pemenang!” jawab semua siswa serentak.
Ia menjelaskan, kalau pilih pemenang berarti anda merupakan bagian dari jawaban. “Tapi kalau pilih pecundang berarti anda adalah bagian dari masalah,” kata dia.
Kalau anda pemenang, lanjutnya, maka anda akan mengatakan ‘mungkin nanti masuk ke perguruan tinggi terbaik itu sulit, tapi mungkin’. “Bukan dibalik. Kalau pecundang akan mengatakan, ya mungkin saja saya bisa masuk ke perguruan tinggi terbaik, tapi kok rasanya sulit. Yakinlah, kita semua adalah pemenang,” tegasnya.
Misbakh juga mengingatkan, mental itu berpengaruh 80 persen terhadap keberhasilan. “Bukan prestasi-prestasi yang hanya sekadar akademik saja, tapi kolaborasikan sisi mental dan akademiknya,” harapnya. (Vita)