PWMU.CO – Sel manusia itu sophisticated (istimewa, canggih). Di dalamnya ada gen yang memiliki 3 milyar tombol. Tapi baru 2000-3000 yang bisa dibaca oleh sains modern. Hal itu dikatakan Ketua PWM Jatim Dr M Saad Ibrahim saat menjadi pembicara dalam sesi pertama Kajian Ramadhan di Hall UMM Dome, Sabtu (11/6) malam. “Kalau saya sudah mulai tua, tombol 3 milyar tadi sudah mulai on. Di akherat tombol itu ditiadakan sehingga tetap muda,” katanya sedikit bercanda.
(Baca: Bangsa Indonesia Gagal Berpuasa dari Eksploitasi Alam dan Zikir adalah Kegiatan Berpikir Tingkat Tinggi)
Dalam Sesi I Kajian Ramadhan bertema “Harmoni Fikir dan Zikir” ini, Saad mengupas soal jati diri manusia. Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang ini, menjelaskan tentang sel-sel yang merupakan bagian dari jasad manusia. “Jasad terdiri dari sel yang bersifat hidup (hayah), bergerak (harakah), berkembang (nasy’ah), dan hawa nafsu (iradah),” jelasnya.
Tapi, kata Saad, manusia tidak hanya terdiri dari jasad. “Yang tertangkap panca indera adalah jasadnya. Tapi sesungguhnya manusia terdiri dari jasad, ruh, dan hati,” katanya. Menurut Saad, dalam konteks jasad ini tidak ada beda hewan dengan manusia. “Bahkan dalam hal-hal tertentu, hewan lebih hebat.”
(Baca juga: Ini Peserta Kajian Ramadhan yang Mendapat Penghargaan dan Kajian Ramadhan Ini akan Terkenang hingga Akhir Hayat)
Lalu apa yang membedakan manusia dengan hewan? Dengan mengutip Surat Almukminun ayat 12-14, Saad menjelaskan bahwa ruh-lah yang membedakan manusia dengan hewan. “Dengan ruh itu manusia menjadi makhluk yang berbeda, seperti dijelaskan akhir ayat 14, ‘Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain’,” jelas Saad.
Apa itu ruh? Saad menjelaskan bahwa ruh adalah entitas yang berasal dari Allah, sedangkan jasad dari bumi. “Ruh berasal dari posisi tertinggi, min ruhihi. Dari ruh Tuhan,” katanya. Ruh, kata Saad, adalah suatu entitas yang kemudian melakukan aktivitas dan menunjukkan eksistensinya. “Ruh itu satu tapi bentuknya berbeda-beda, bisa dalam bentuk fikrun, qalbun, akal, fuad dan qalbun,” jelas Saad.
(Baca juga: Ayu ‘Sihir’ Peserta Kajian Ramadhan Muhammadiyah Jatim dan Gus Ipul: Tak Bisa Dibayangkan jika Indonesia tanpa Muhammadiyah)
Berkaitan dengan tema fikir dan zikir, dengan mengutip surat Ali Imran 190-193, Saad mengatakan, Ulul Albab dalam ayat tersebut mengandung dua komponen: zikrun dan tafakkur. “Sebenarnya bukan fikir dan zikir, tapi zikir dan tafakkur,” katanya.
Saad menjelaskan bahwa obyek zikir adalah Allah dan itu sudah final. Berhenti di situ. Tapi tafakkur obyeknya langit dan bumi (assamawati wal ardh) dan belum final. “Kalau tafakkur berhenti pada fenomena, maka tidak akan pernah sampai,” kata Saad. Maka, harus dilanjutkan pada tujuan dari tafakkur itu, yaitu pengakuan bahwa semua ini ciptaan Allah yang tidak sia-sia sehingga menjadikan manusia rendah hati, dengan memohon agar dihindarkan dari siksa neraka. (MN)