PWMU.CO-Media sosial memang bisa mendekatkan jarak dan mempertemukan orang dengan cepat. Seperti dialami amil Lazismu Tulungagung akhirnya bertemu dengan Bendahara Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Papua Ahmad Yunaedi asal Desa Bolorejo Kec. Kauman Tulungagung sedang berada di kota ini, Sabtu (6/7/2019).
Kabar itu diperoleh dari Whatsapp Group (WAG) Sang Pencerah. Yang menarik perhatian amil Lazismu kehadiran Yunaedi karena mengobatkan anaknya ke RS dr Iskak Tulungagung. Maka sejumlah amil segera meluncur ke rumah sakit.
Mendapat kunjungan saudara sesama persyarikatan ini, Yunaedi dan istrinya, Siti Mutmainah, merasa surprise. Dia menjelaskan, anak ketiganya Helmi Ibadurohman Ahmad (2) harus masuk rumah sakit karena diare.
Yunaedi yang tinggal di Jayapura itu menceritakan, kedatangannya ke Jawa untuk menyekolahkan putri pertamanya ke Muhammadiyah Boarding School (MBS) Yogyakarta.
Dia jauh-jauh memilih MBS Yogya untuk memberi bekal anaknya sukses dunia dan akhirat. ”Mendapat ilmu umum dan agama yang cukup. Saya berharap putri bisa menjadi kader untuk mengembangkan dakwah di Jayapura,” tandasnya.
Setelah mendapat kepastian diterima di MBS, keluarga ini sambang saudara istri ke Kota Kebumen. Istrinya yang kelahiran Nabire berasal dari Kebumen. Masih banyak kerabatnya di kota itu untuk dijenguk karena sudah 40 tahun tidak pernah bertemu.
Ternyata di Kebumen, dua anaknya, Hafidz dan adiknya, Helmi, harus masuk rumah dengan keluhan sakit perut dan diare. ”Mungkin kelelahan dalam perjalanan yang panjang dan lama,” tuturnya.
Saat kondisi Hafidz sudah membaik, Yunaedy ingin meneruskan kunjungan ke kampung halamannya di Tulungagung. Anaknya, Helmi, yang belum sembuh benar dia minta dirujuk saja ke RS dr Iskak. ”Jadi mengobatkan anak dan mengunjungi kerabat sama-sama terlaksana. Saya juga lebih paham kondisi Tulungagung,” katanya.
Di sela bezuk, dia bercerita, sejak usia empat tahun ikut orangtuanya yang merantau ke Jayapura, Papua, meninggalkan Desa Bolorejo. Dia besar di bumi ini hingga sekarang menjadi guru SMA. Ayahnya sudah meninggal. Kini tinggal ibunya yang hidup bersamanya.
Dia juga menjelaskan kondisi perjuangan Muhammadiyah di Papua banyak tantangan alam dan sosial. ”Medannya berat, jalan berbukit-bukit dan jauh. Butuh dana yang besar untuk sekali kunjungan,” tuturnya.
Warga setempat juga masih berpaham animisme yang kental sehingga harus pelan-pelan untuk mengenalkan Tuhan Allah dan Islam. ”Berkat dukungan dai-dai Muhammadiyah pusat dan wilayah lain, serta pertolongan Allah, Muhammadiyah Papua sekarang mempunyai tiga perguruan tinggi. Mayoritas mahasiswanya Nasrani. Doakan kami segera mempunyai rumah sakit. Aamiin…” paparnya.
Di Papua, sambung dia, ada 29 kabupaten tapi baru terbentuk 12 Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM). Setiap PDM mempunyai kesulitan berbeda-beda dalam pengembangan dakwahnya. ”Kondisi geografis dan budaya ini menjadi tantangan mengembangkan dakwah Islam,” katanya.
Dia berharap banyak putra Muhammadiyah yang dilahirkan di sana Papua bisa bersinar terang dengan Islam. Dakwah bisa melalui pembangunan masjid, panti asuhan, rumah sakit, sekolah, dan perguruan tinggi.
Yunaedy menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada PDM, MDMC, PDPM dan Lazismu Tulungagung yang telah meluangkan waktu membezuk anaknya. Dia menyampaikan, bukan dari keluarga Muhammadiyah. ”Saya pilih aktif di Muhammadiyah setelah belajar dan mengaji. Setelah paham kok rasanya cocok,” ujarnya.
Hari Selasa (9/7/2019) ini dia dan keluarganya pulang ke Jayapura. Bersyukur kondisi anaknya sudah membaik. ”Silaturahim dengan saudara Muhammadiyah Tulungagung menambah ghirah ber-Muhammadiyah kami di Papua, terima kasih atas kunjungannya…” tuturnya. (Hendra Pornama)