PWMU.CO-Saat Nabi Muhammad saw masih menjadi rakyat biasa, semua orang menyukai dan memercayai. Tapi begitu diangkat menjadi nabi dan menyerukan tauhid, banyak orang terganggu terutama elit politik masyarakat Mekkah.
”Dulu hubungan Nabi Muhammad dengan pamannya, Abu Lahab, sangat baik. Bahkan keduanya besanan. Dua putri Nabi, Ruqayyah dan Ummu Kultsum dinikahi oleh anak Abu Lahab, Utbah dan Utaibah,” kata Ustadz Drs Muhammad Hatta ketika berceramah dalam Kajian Ahad Pagi di halaman Masjid Sholikhin Kampung Taruna Pare Kediri, Ahad (7/7/2019).
Begitu Nabi Muhammad menyatakan sebagai nabi dan membawa misi tauhid, sambung dia, Abu Lahab langsung memutuskan hubungan kekerabatan. Berbalik membenci kemenakannya ini. Bahkan memerintahkan dua anaknya segera menceraikan istrinya.
”Abu Lahab yang dulu mencintai Nabi Muhammad berbalik menjadi musuh yang selalu misuhi Nabi, dan memprovokasi seperti diceritakan dalam surat Al Lahab,” tuturnya. Kenapa membenci karena kepentingan politik dan kepercayaan tuhannya terganggu dengan ajaran Nabi Muhammad.
Hatta kemudian bercerita, Rasullullah mempunyai empat menantu. Yaitu kakak beradik Utbah dan Utaibah yang menikahi Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Kemudian Abu Al Ash bin Rabbi’ yang menikah dengan Zainab. Lantas Ali bin Abi Thalib, suami Fatimah.
”Dari empat menantu ini hanya satu yang ikut Nabi dan menjadi pembela Islam yaitu Ali. Lainnya memilih menjadi kafir,” tandasnya.
Utbah dan Utaibah bahkan menyakiti hati Nabi dengan menceraikan Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Menantu lainnya Abu Al Ash saat perang Badar bergabung dengan pasukan Mekkah melawan mertuanya.
”Akhirnya dalam perang Badar ini Abu Al Ash tertangkap menjadi tawanan di antara 70 tawanan. Istrinya Zainab yang tinggal di Mekkah mengirim utusan ke Madinah untuk menebus suaminya dengan membawa uang dan kalung,” kisah Hatta.
Ketika utusan itu menemui Rasulullah dan menyerahkan harta tebusan untuk Abu Al Ash, Rasulullah langsung terkesiap melihat kalung itu. Kalung yang diserahkan Zainab untuk tebusan itu adalah pemberian Khodijah untuk hadiah pernikahan putrinya itu.
”Kalung itu membangkitkan kenangan Nabi kepada Khodijah, istri cinta pertamanya. Bergetar tubuhnya, berkaca-kaca air matanya,” tuturnya.
Kemudian Rasulullah berkata kepada sahabat yang menawan Abu Al Ash. ”Apakah kamu ridho kalau kalung ini aku kembalikan pada putriku Zainab dan kalian lepaskan Abu Al Ash?” tanya Nabi. Sahabat itu menjawab, samikna wa athoknaa, yaa Rasullullah. (Dahlansae)