PWWU.CO – Sebanyak 93 peserta dari 26 lembaga mengikuti Workshop Enhancing Teacher’s Creativity in Preparing Cambridge Exams yang diadakan oleh Badan Pengembangan Laboratorium Pendidikan (BPKB) Universitas Negeri Malang (UM) di Hotel Pelangi Malang, Jumat-Ahad (12-14/7/19).
Kegiatan ini diikuti guru jenjang TK, SD, SMP, dan SMA. Untuk TK diikuti oleh 14 orang dari empat lembaga, yakni TK Laboratorium UM Malang, TK Laboratorium UM Blitar, TK Aisyiyah 36 Perumahan Pongangan Indah (PPI) Manyar Gresik, dan KB RA Al Akbar Surabaya.
Pada hari kedua, tiap jenjang dikelompokkan sendiri-sendiri di dalam ruangan untuk mengikuti workshop. Di Ruang Palace MR, guru dari empat TK ini mengikuti beberapa materi tentang pembelajaran untuk anak usia dini.
TK Aisyiyah 36 PPI mengikutkan empat guru dan kepala TK pada kegiatan ini. “Kita mengikuti workshop ini untuk meningkatkan kompetensi bahasa Inggris, serta menciptakan pembelajaran bahasa Inggris yang menyenangkan di TK nanti melalui media pembelajaran yang kreatif,” ujar Kurniawati AMa, Kepala TK Aisyiyah 36 PPI.
Materi yang diberikan pada sesi pertama dan kedua adalah Pembelajaran Berbasis Siswa Aktif, Penguatan Profisiensi Bahasa Inggris Guru Kelas, dan Pengembangan Skenario Simulasi Pembelajaran Bahasa Inggris.
Pemateri Dr Sri Rachmajanti Dip TESL MPd mengajak peserta berolahraga terlebih dahulu dengan menggerakkan badan sesuai abjad C, O, C, O, N, U, dan T sambil bernyanyi.
“Let’s sing together, move our body part,” pintanya. Dia meminta semua peserta untuk bernyanyi bersama dan menggerakkan bagian tubuh membentuk abjad yang dinyanyikan.
Mom Loeki—Sri Rachmajanti—menjelaskan, mengajarkan bahasa Inggris kepada anak, pengucapan harus benar dan jelas. “A, I, U, E, O-nya harus jelas, mulut harus digerakkan, dibuka, jangan malu-malu,” ujarnya.
Kita ini, lanjutnya, sudah melampaui masa kritis. “Memang agak alot di usia seperti sekarang yang tidak muda lagi, tapi kalau kita sudah punya niat, pasti bisa,” tegas nenek tiga cucu ini.
Menurut dia, kalau anak kecil meniru dan yang ditiru salah akan bahaya. “Kita, gurunya yang harus mengikuti mereka, kita yang harus turun usianya menjadi anak-anak agar mereka paham dengan yang guru sampaikan, baik melalui body language maupun ucapan,” ungkapnya.
Karena guru itu model, tambahnya, maka hari menjadi contoh seperti saat menerangkan alphabet, spelling atau ejaan harus jelas. “Pengenalan yang fun, bisa diajarkan dengan main. Misalnya tebak-tebakan dengan teman,” ujarnya sambil memberi contoh dengan gambar ikan dengan ejaan F, I, S, dan H.
“Mengajarkan alphabet jangan langsung banyak, satu hari bisa empat huruf. Dan diulang-ulang, sehingga lama-lama anak-anak akan ingat,” tambahnya.
Contoh lain, sambungnya, pada saat anak-anak diberi gambar. Sewaktu diminta menceritakan kembali, mereka belum bisa. Ketika ditanya, hanya menjawab singkat langsung pada nama objeknya. “What is this? “Boy, flower,” ucapnya seperti anak-anak menjawab pertanyaan.
“Agar bisa mereka kita ajari bercerita. This is a picture, this boy watering the flowers,” ucapnya sembari memberikan kalimat pendek yang mudah dipahami anak dalam bahasa Inggris.
“Jadi, learning bisa dilakukan dengan beberapa cara. Bisa dengan question and answer uses cards, sing a song, dan telling story,” ucapnya menjelaskan pembelajaran bahasa Inggris untuk anak bisa dengan tanya jawab menggunakan kartu, menyanyikan sebuah lagu, dan bercerita.
Yang terpenting, menurutnya, anak-anak enjoy, pembelajaran menyenangkan, sehingga mereka mudah menerima materi yang disampaikan.
Dari awal tampak berbagai kelucuan yang dibuat Mom Loeki, sehingga di sela pemberian peserta sering dibuat tertawa. Seisi ruangan pun terlihat senang.
Seperti komentar salah satu peserta dari TK Aisyiyah 36 PPI Gresik Nur Latifah SPd. “Lucu, tidak menegangkan. Tadi saat belajar pengucapan angka lima, ada teman yang mengucapkan five terdengar wife, tapi Mom Loeki menanggapi dengan mimik muka yang lucu jadi kita nggak grogi, enjoy,” katanya. (Anik)