PWMU.CO – Puisi berantai menjadi salah satu penampilan guru SMP Muhammadiyah 13 Campurejo (Hamas School) dalam kegiatan Muhadharah perdana tahun pelajaran 2019-2020, Kamis (18/7/19).
Pecinta, Pejuang, dan Penjual Telur. Itulah judul puisi berantai tersebut. Pecinta dibawakan Nafiatul Fitrotin SPd; Pejuang oleh Gita Sekar Arum; dan Penjual Telur oleh Nur Farizah SPd.
Dari belakang muncullah Nafi—panggilan— Nafiatul Fitrotin SPd sambil berkata, “Saya akan membacakan puisi berjudul bunga hatiku bunga hatimu” untuk murid-muridku yang manis.”
Di belakangnya ada Gita Sekar Arum yang meneruskannya, “Aku akan membacakan puisi perjuangan dengan judul Lebih Baik Merdeka daripada Tidak Merdeka.”
Risa, sapaan akrab Nur Farizah SPd, yang ada di belakangnya langsung menyahut, “Dan aku akan membacakan puisi nasib penjual telur dengan judul, Aku Penjual Telur, untuk adikku yang suka makan telur.”
Penampilan awal puisi berantai dari tiga asataidz (dewan guru) yang muncul dari belakang membuat siswa yang menjadi penonton terkaget-kaget. Sebab biasanya kemunculan ‘pemain’ berasal dari depan. Ini semakin memuat para siswa fokus menyimak.
Saat bulan purnama menerangi alam
Kau datang padaku sambil tersenyum manja
Kulihat samar-samar wajahmu tertimpa cahaya rembulan
Begitu cantiknya bagaikan …
Begitulah Nafi melanjutkan puisinya. Gita pun meneruskan bait demi bait.
Granat dan montir berdesingan membakar perkampungan
Tak pernah kukenal istilah takut
Walaupun lawan banyaknya seribu kali
Pedang di kanan belati di kiri, berselimpang …
Mendengar bait pertama yang dibacakan Gita, ruangan bergemuruh penuh dengan gelak tawa anak-anak, karena sambungan kalimatnya berbunyi “Begitu cantiknya bagaikan granat dan montir.”
Bukan itu saja, ketika Risa menyambut dengan bait puisinya,
Telur mas telur …!
Kubawa keliling kampung setiap hari, demi sesuap nasi
Telur merupakan bagian dalam hidupku, semua kujual
Telur ayam, telur bebek, maupun telur …
Tawa para siswa semakin ngakak. Tak hanya siswa, dewan guru yang ada di ruangan pun ikut tertawa.
Apalagi ketika bait terakhir puisi Risa disambung oleh Nafi sambil menyebut salah satu anak kelas IX
Telur ayam, telur bebek,
maupun telur Syahrul Ramadhan.
Kau tersenyum padaku, dan aku tersenyum padamu, tanda cintaku kian meraju
Malam itu, perlahan kau dekatkan bibirmu ke telingaku seraya berbisik …
Aah, bikin penasaran ..! (Ulin Nuha)