PWMU.CO – Rombongan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami memasuki segmen Jawa Tengah pada Rabu (24/7/19) lalu. Kegiatan pertama diselenggarakan di Kabupaten Purworejo, Senin (29/7/19), Kebumen Selasa-Rabu (30-31/7/19), dan Cilacap, Kamis (1/8/19).
Di tiga kabupaten tersebut, Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Jawa Tengah menyiapkan dua kegiatan pokok, yakni Pengobatan Gratis dan Ngaji Tsunami. Sama dengan pada umumnya, pengajian dihadiri oleh jamaah dan ada penceramah. Namun, yang istimewa dari Ngaji Tsunami ialah materi pengajian, penyelenggara, dan pesertanya.
Jika pengajian biasanya mengangkat tema-tema agama Islam, Ngaji Tsunami khusus membahas tentang Tsunami. Sementara penyelenggara dan pesertanya istimewa juga yaitu ibu-ibu pimpinan, anggota, dan simpatisan Aisyiyah di masing-masing daerah tersebut.
Penggagas Ngaji Tsunami, Naibul Umam, Ketua MDMC Jawa Tengah, mengatakan ibu-ibu adalah kelompok masyarakat yang penting dalam penanggulangan bencana, oleh karena itu harus menjadi sasaran utama sosialisasi.
“Sosialisasi kepada ibu-ibu itu efektif karena biasanya mereka senang bercerita dengan orang-orang di sekitarnya sehingga jika diberi materi tentang kesiapsiagaan bencana, hampir bisa dipastikan itu juga akan disampaikan minimal kepada keluarganya,” katanya.
Ngaji Tsunami di Purworejo diselenggarakan oleh Pimpinan Daerah Aisyiyah Purworejo di Masjid Jami Al Hasanah, Jatimalang. Sedangkan di Kebumen dilaksanakan Masjid Al Aziz, Desa Ambal dan Mathlabussalam Tambakmulya, Puring. Di Cilacap dilaksanakan di mushola SMPN 1 Binangun.
Meski dilaksanakan dalam kelompok masyarakat terbatas, yaitu kaum ibu, Ngaji Tsunami adalah sebuah terobosan baru yang potensial diperluas kepada segmen lainnya, sehingga ngaji dengan tema-tema kebencanaan yang masif diharapkan bisa meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi bencana.
MDMC turut serta dalam kegiatan Ekspedisi Desa Tangguh Bencana (Destana) Tsunami yang diselenggarakan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) terhitung sejak 12 Juli hingga 17 Agustus 2019, dimulai dari Banyuwangi hingga Banten.
Kegiatan ini juga diikuti berbagai lembaga pemerintah, non-government organization (NGO), pemerintah daerah, pengusaha dan melibatkan warga masyarakat di sepanjang pantai selatan Pulau Jawa. Ekspedisi ini diisi dengan kegiatan utama sosialisasi kesiapsiagaan terhadap bencana tsunami di kurang lebih 584 desa, 24 kota/kabupaten dan lima propinsi. (*)
Kontributor Sapari/Isnanul Chasanah. Editor Mohammad Nurfatoni.