PWMU.CO – Entah sudah berapa kali saya melakukan kunjungan ke Malaysia. Seingat saya, ini yang ke sembilan. Dengan berbagai macam tujuan seperti: hanya sekadar jalan-jalan, menjadi pembicara di seminar international, memenuhi undangan sebagai visiting lecturer, supervisor course, hingga melakukan MoU.
Kunjungan saya kali ini, 21-24 Juli 2019, berbeda dengan sebelumnya. Jika sebelumnya saya selalu melakukan kunjungan “sendiri”, dalam artian semua serba sendiri (cari hotel, makan, akomodasi dan lain-lain), kali ini saya ditemani oleh travel. Semua sudah tersedia dan ter-schedule dengan rapi, tidak perlu mencari transportasi dan nyari makan. Semua sudah ready.
Ada tiga Universitas yang kami kunjungi: Universitas Malaya (UM), Management and Science University (MSU) dan University Sains Islam Malaysia (USIM).
Di antara tiga Universitas itu, ada satu universitas yang cukup berkesan bagi saya, yaitu di MSU yang merupakan kampus swasta. Berbeda dengan UM dan USIM yang kampus negeri (milik kerajaan), yang seluruh pendanaan sudah didanai oleh kerajaan. Walaupun didanai sendiri, MSU tetap dapat berkompetisi dengan kampus-kampus milik kerajaan di Malaysia.
Kalau di UM dan USIM kunjungan berlangsung formal dan tidak lama: datang berdiskusi tentang peluang kerjasama, tanda tangan MoU, berfoto lalu pulang. Sedang di MSU (22 Juli 2019), selain berdiskusi peluang kerjasama dan berfoto, kami diajak berkeliling atau pusing-pusing di kampus yang luasnya sekitar lima hektar itu.
Kami, 18 dosen, diajak ber-pusing-pusing melihat sarana prasarana kampus, seperti melihat langsung pembelajaran di kelas, settingan kelas meja dengan dua mahasiswa yang bisa digeser, karena setiap meja ada roda di bawahnya. Format meja dan kursi setiap kelas berbeda-beda disesuaikan dengan pembelajaran dan mata kuliah yang diajarkan.
Setelah melihat KBM (kegiatan belajar mengajar) kami diajak melihat ruang multimedia. Di dalam ruangan ada satu layar TV LED besar, sekitar 52 inc. Ada iga layar TV LED ukuran 32 inc sejumlah lima buah. Setiap siswa dibagi beberapa kelompok, setiap kelompok mendapatkan satu layar TV LED untuk pembelajaran.
Setelah ke ruang mulitmedia, kami bergeser ke perpustakaan, ada sekitar tiga tingkat untuk perpustakaan, dua lantai untuk koleksi buku dan satu lantai untuk ruang baca. Setelah dari perpustakaan kami diajak ke hospital milik MSU. Kebetulan hospital ini baru dibangun dan dioperasikan. Hampir setiap penjuru hospital dikenalkan dan diterangkan kepada kami.
Saya sendiri tidak begitu paham beberapa alat medis yang dikenalkan, hanya ada dua peralatan medis yang saya kenal waktu itu yaitu MRI dan CT Scan, karena saya pernah dimasukkan di dalamnya sebelum operasi empat tahun yang lalu, he-he-he.
Mesin MRI terkenal sangat mahal, bahkan hingga puluhan miliar, juga alat CT-Scan dan banyak alat-alat medis lain yang harganya tidak murah. Namun MSU tidak tanggung-tanggung menginvestasikan dananya untuk membangun rumah sakit itu.
Saya dengar-dengar MSU sudah menginvestasikan dana sekitar Rp 1 trillun untuk pembangunan MSU cabang di Jakarta. Sungguh kampus swasta yang luar biasa.
Kami cukup lama ber-pusing-pusing di hospital. Kalau ditotal mungkin kita berjalan sekitar 2-3 jam di MSU. Saya melihat ada beberapa teman dosen yang diam-diam mencuri waktu untuk duduk, termasuk saya he-he-he.
Setelah duduk sedikit lama, tiba-tiba Rektor Universitas Muhammadyah Surabaya Pak Sukadiono lewat lalu mengatakan “Ini yang muda-muda kok sudah loyo, kalah dengan yang tua,” kami pun langsung bangkit sambil tersenyum malu. Lalu kami melanjutkan berjalan menyusuri lorong demi lorong di Hospital MSU.
Usai melakukan kunjungan di MSU, kami dijamu makan malam di Hotel Hilton, semua atas tanggungan MSU. Sebuah penghormatan yang luar biasa kepada tamunya. Mereka mengatakan kami ini rekor dalam melakukan kunjungan, karena jumlahnya terbanyak, dan itu semua dari unsur pimpinan.
“Pernah ada kunjungan sebelumnya dari Universitas Airlangga tapi tidak sebanyak ini,” ungkap Rektor MSU Prof Tan Sri Dato’ Wira Dr Mohd Shukri Ab Yajid
Suasana kekeluargaan sangat terasa pada malam itu, keakraban Rektor MSU dengan kami seakan tanpa jarak. Semoga jalin kerjasama ini bermanfaat dan dapat memajukan universitas masing-masing. (*)
Catanan Perjalanan oleh M Arfan Mu’ammar, Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surabaya.