PWMU.CO – Adi Arramdani, siswa MTs Muhammadiyah 5 Daun, Sangkapura, Pulau Bawean, siap mengikuti perlombaan Lari 5000 tingkat Kabupaten Gresik yang akan digelar 28 Agustus 2019.
Sebelumnya, Adi berhasil menjuarai Lari 5000 meter dalam Porseni se-KKMTs (Kelompok Kerja Madrasah Tsanawiyah) 03 Sangkapura, yang berlangsung 4 Juli 2019. Kepala MTsM 5 Daun Eklis Dinika MPdI menjelaskan, dengan kemenangan itu Adi berhak mewakili Kecamatan Sangkapura.
Bakat Adi sudah terlihat sejak di bangku Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah Daun (MI Muda). Dia pernah menjuarai Lari 100 meter pada tahun 2019 tingkat kecamatan.
“Prestasi Adi ini membuat lembaga Muhammadiyah semakin dikenal luas karena mampu mengalahkan para pesaing dari 15 lembaga di tingkat MTs se-Kecamatan Sangkapura,” ujarnya, Selasa (13/8/19).
Untuk mempersiapkan Adi meraih juara di tingkat kabupaten, pihak madrasah telah bekerja sama dengan pelatih atlet tingkat KKMTs. “Agar nantinya siswa kami yang menjadi utusan KKMTs 03 dapat meraih kemengangan dan mengharumkan nama KKMTs 03 Bawean,” terangnya.
Eklis menjelaskan kiat-kiat yang telah direncanakan seperti memastikan jantung dan tubuh benar-benar cukup kuat untuk menanggung beban latihan; meluangkan waktu untuk berlatih; menyiapkan perlengkapan yang benar; dan tetapkan tujuan.
Syahrani, pelatih atlet KKMTs 03 Sangkapura menyarankan pada Adi agar mulai saat ini sampai menjelang pertandingan tidak mengkonsumsi air dingin. “Cukup air hangat atau mineral. Sisihkan waktu dua hari untuk istirahat. Jangan memaksa diri berlatih dan lari setiap hari, sisihkan waktu melakukan lintas latihan selama setidaknya satu hari dalam sepekan,” pesannya.
Jangan lupa, sambungnya, melakukan perenggangan sebelum dan sesudah pelatihan, secara bertahap membangun stamina sampai akhirnya mampu lari 5000 di akhir setiap pekan.
“Usahakan tetap fleksibel dan jaga kesehatan. Saya berdoa dan berharap semoga ada lari jarak menengah 800 meter. Kalau memang ada sudah dapat dipastikan masuk di tiga besar,” kata dia.
Adi sangat bersyukur mendapat motivasi kepala madrasah, pelatih, dan dewan guru. “Itulah penyemengat buatku, selain dukungan keluarga khususnya Nenek Halilah, Bude Haer, dan Bik Ima. Mereka adalah pengganti kedua orangtuaku setelah ayahku meninggal dunia dan ibuku merantau untuk bekerja di Jakarta,” ungakap Adi sambil menyeka air mata yang menetes karena terharu. (*)
Kontributor Eklis Dinika. Editor Mohammad Nurfatoni.