PWMU.CO-Peringatan Hari Jadi Pramuka di Banyuwangi dirayakan dengan pawai lampion yang dikenal dengan nama Scout Lantern Carnival, Rabu (14/8/2019) malam.
Tema yang diangkat dalam acara ini keutuhan NKRI. Pandu Hizbul Wathan SD Muhammadiyah 1 ikut pawai ini mendapatkan bagian tema nuansa Bali. Tim HW terdiri 14 siswi.
Pemberangkatan kontingen pawai diawali dengan upacara dan penyulutan kembang api warna-warni yang menghiasi langit Banyuwangi.
Hiasan lampion dan atraksi daripeserta dilombakan. Ada tujuh tema adat provinsi yang dilombakan untuk peserta tingkat SD/MI. Sementara 22 adat provinsi dilombakan untuk peserta SMP sederajat.
Kontingen SDM 1 Banyuwangi memilih penampilan tari Kecak yang populer mewakili budaya Bali sebagai pengiring dalam teatrikal yang dipentaskan di sepanjang jalan.
Nuansa khas Bali ditunjukkan dengan kain sembung kotak-kotak hitam putih dililitkan di pinggang. Ketika memasang sembung ternyata tak semua orang tahu tekniknya. Ustadz Gigih dan Mas Noufal turun membantu dengan tekniknya sendiri. Setelah terpasang rapi, celetukan keluar dari mulut Amira Arnis. ”Bagus juga ya baju HW kita diberi hiasan sembung. Jadi tambah cantik,” kata siswi kelas V itu.
Tempat sesaji bantenan juga diselimuti kain kotak ikut diarak. Ada bunga kamboja dijepitkan di kerudung. Seragam kebanggaan Hizbul Wathan juga tampil dominan di dalam kelap-kelip lampu lampion.
Semua ornamen dari ikon tema cerita terbuat dari rangkaian tali dan tongkat dalam bentuk pionering. Ada Hanoman, tempat bantenan, Ogoh-ogoh dan Jatayu. Ini buah karya para pembina yang membantu anak-anak mempersiapkan tampilan.
Atraksi teatrikal lampion ditampilkan kontingen ini. Ceritanya, seorang anak pandu berperang melawan burung Jatayu yang menggambarkan perilaku buruk. Seorang pandu harus mampu memilah kebaikan dan keburukan agar menjadi insan yang utama. Berkat kegigihannya sang pandu bisa mengalahkan Jatayu.
Barisan HW terus bergerak dengan permainan cahaya lampion yang warna-warni aneka bentuk. Malam di Banyuwangi hari itu menjadi sangatindah dan meriah. Penonton pun bersorak. Iring-iringan terus berjalan dengan keriuhan tepuk tangan penonton.
Sepanjang perjalanan anak-anak menyuguhkan yel-yel dan tari Kecak serta lagu-lagu penyemangat untuk pengusir lelah. (*)
Penulis Yulia Febrianti Editor Sugeng Purwanto