PWMU.CO – Hari pertama Rihlah Dakwah IV begitu menginjakkan kaki di Singapura, Sabtu (17/8/19), menggelar kuliah tujuh menit (kultum). Tempatnya di atas bus pesiaran dari Bandara Changi ke hotel.
Begitu bus meluncur di jalanan, Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur Nadjib Hamid MSi tiba-tiba berdiri dari kursinya dan berkata, harus ada satu peserta yang memulai kultum sebelum nanti dilanjutkan kuliah Subuh.
”Setelah makan malam dan sekarang perjalanan menuju Hotel 165 kita mendengarkan kultum perdana yang akan disampaikan Bapak Sugiran,” ujar Nadjib dengan pengeras suara di dalam bus. ”Kita persilakan Bapak Sugiran,” katanya.
Sugiran tanpa babibu berdiri dan maju. Dia berdiri di pinggir sopir dengan pegang mikrofon. ”Assalamualaikum, saya dilahirkan bukan dari keluarga Islam. Ayah dan ibu saya beragama Hindu. Saya kenal dengan Islam saat dimasukkan SD Negeri Sukoreno 1 Jember oleh adiknya nenek,” cerita Sugiran.
Sedangkan bapak kost semasa SMA yaitu Abdul Ghofar, sambungnya, orang yang berjasa dalam memperkenalkan Muhammadiyah. ”Pada usia itulah saya mulai belajar mengaji tanpa sepengetahuan orang tua,” ujarnya.
Selain cerita tentang kenal dan perjalanan ber-Muhammadiyahnya yang sudah dijalani hampir 13 tahun Sugiran bercerita tentang istri dan mertuanya.
”Mertua saya sampai sekarang beragama Katolik. Istri saya, Maria Goretti Heriaty, sebelum saya persunting juga beragama yang sama. Saya satu kampus satu jurusan dengan istri. Sejak perkenalan dan proses taaruf masih beragama Katolik. Tapi sebelum menikah istri memutuskan memeluk Islam,” ungkapnya.
Dia bersyukur saat izin meminang calon istri di hadapan calon mertua lancar. ”Alhamdulillah setelah ada pembicaraan internal dengan calon mertua, beliau merestui untuk meminang anaknya,” tuturnya. ”Ya, dalam keluarga besar saya ada tiga agama, Islam, Katolik, dan Hindu.” (*)
Penulis Ichwan Arif Editor Sugeng Purwanto