PWMU.CO – Sebelum Indonesia merdeka kaum perempuan sudah mendapatkan perhatian khusus oleh pendiri Muhammadiyah KH Ahmad Dahlan dengan mendirikan Aisyiyah. Kiai Dahlan ingin kaum perempuan memperoleh pendidikan, pembinaan, pemberdayaan dan kemajuan.
Hal itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Wilayah Aisyiyah (PWA) Jatim Dra Siti Dalillah Candrawati MA saat menjadi pemateri pada International Seminar on Islamic Dakwah South East Asia di Hall Kolej Islam Muhammadiyah (KIM) Singapore, Ahad (18/8/19).
KH Ahmad Dahlan saat itu merasa prihatin dengan kondisi perempuan di Indonesia. ”Maka beliau mengajak kader putri Muhammadiyah untuk bangkit memperjuangkan nasib kaumnya, mensyiarkan gagasan bahwa perempuan harus memiliki wawasan luas dan berpendidikan,” ujar Bu Candra, sapaan akrabnya.
Dia menambahkan, Kiai Dahlan mengajak kader putri dengan pesan janganlah urusan dapur menjadikan penghalang bagi perempuan berjuang di masyarakat. ”Serta mengajak kaum perempuan turut serta berdakwah amar makruf nahi mungkar sejalan dengan tuntunan Alquran dan As-sunnah,” imbuhnya.
Maka kemudian digelar pengajian Sopo Trisno yang merupakan wadah pembinaan, pendidikan, pengkaderan para putri Muhammadiyah dan kaum perempuan. ”Pengajian ini merupakan cikal bakal dari organisasi Aisyiyah yang didirikan Kiai Dahlan bersama Nyai Walidah setelah berdirinya Muhammadiyah pada 1912,” ungkapnya.
Kegiatan rutinnya adalah mengaji Alquran, memperdalam wawancara paham keagamaan Islam. ”Juga belajar menulis dan membaca huruf Arab dan Latin,” imbuhnya.
Usaha Aisyiyah dalam bidang pendidikan adalah menyelenggarakan asrama putri bagi anak-anak dari luar Yogyakarta. Aktif membantu kelancaran terselenggaranya sekolah-sekolah putri.
Menyelenggarakan kursus-kursus pendidikan keputrian dan pengajian. ”Aisyiyah pelopor pemberantasan buta huruf bagi lanjut usia. Menyelenggarakan rumah-rumah untuk orang miskin. Serta perhatian besar terhadap pemeliharaan anak-anak yatim piatu,” papar Candra. (*)
Penulis Sugiran Editor Sugeng Purwanto