PWMU.CO – Rihlah Dakwah IV Singapura-Malaysia, Sabtu-Selasa (17-20/8/2019) memberi kesan mendalam bagi para peserta. Rombongan yang berasal dari berbagai daerah, latar profesi, serta lintas usia itu sangat menikmati perjalananan selama empat hari tiga malam tersebut.
Para peserta tidak didominasi oleh mereka yang masih muda. Ada para senior yang sudah sarat ilmu dan pengalaman. Salah satunya adalah Ketua Pimpinan Daerah Aisyiyah Ngawi Sudjiatim. Meski sudah berumur 68 tahun bisa menikmati perjalan dengan acara padat ini. Sudjiatim mengatakan, awalnya ditawari Sekretaris PWA Jatim Nelly Asnifati untuk ikut serta.
”Awalnya Bu Nelly mengatakan ikut rihlah, namun karena ada uzur akhirnya urung. Saya pun memutuskan juga tidak ikut,” cerita Sudjiatim. Namun, kemudian ada pemberitahuan tetap diminta ikut karena namanya sudah didaftarkan.
Jumat malam Sudjiatim berangkat sendiri dengan travel dari Ngawi. Tiba di Bandara Juanda pukul 03.00 pagi. ”Subuhan dan sarapan pagi di bandara,” ungkap ibu lima anak pensiunan pengawas pendidikan Islam di Ngawi.
Selama di Singapura dan Malaysia Sudjiatim tidak banyak membeli oleh-oleh. ”Tidak nambah bagasi. Karena tinggal di rumah sendiri. Hanya beli oleh-oleh permen cokelat untuk para tetangga,” ujar lulusan Magister Pendidikan Islam Darul Ulum Jombang yang ditinggal sang suami pada 2009 itu.
Di usia senja, Sudjiatim tetap menunjukkan dirinya seorang perempuan yang tangguh. Selama di perjalanan dia tidak pernah merepotkan. ”Saya hanya tidak bisa kalau bawa koper melewati eskalator bandara,” tuturnya.
Saat pulang pada Selasa (20/8/2019) malam, Sudjiatim tidak sendiri. Dia diantar peserta Rihlah Dakwah lainnya Sugiran hingga Terminal Ngawi. Kebetulan Sugiran melanjutkan perjalanan ke Yogyakarta jenguk anak yang kuliah di kota itu.
Lain lagi dengan pasangan suami-isteri Basrowi dan Titik Gati Sumarti. Keduanya juga baru ikut pertama kali dalam Rihlah Dakwah. Basrowi mengetahui Rihlah Dakwah dari salah satu postingan di grup WhatsApp Majelis Pemberdayaan Sosial (MPS) PWM Jatim.
Pensiunan Kementerian Dalam Negeri itu lalu mengajak istrinya untuk ikut serta. Meski ini bukan kali pertama perjalanannya ke luar negeri, namun Rihlah Dakwah memilik kesan mendalam.
”Saat di Masjid Siglap Singapura, saya terkesan dengan sistem manajemen yang sudah tertata baik,” ungkapnya. Masjid di Singapura memiliki agenda eksibisi dan Expo Masjid yang bertujuan untuk memberitahukan kegiatan-kegiatan masjid pada khalayak umum.
”Masjid di Singapura, tidak hanya bergerak untuk kalangan sendiri tapi juga mengembangkan diri bagi kalangan non-muslim,” ujar bapak tiga anak yang tinggal di Villa Gunung Buring itu.
Menurut Basrowi, dari sisi personal atau sumber daya manusia di masjid Singapura, juga mumpuni melalui pengembangan program yang terstruktur dan sistematis.
Ke luar negeri, lanjut Basrowi, harus memiliki arti. ”Minimal saat kepulangan harus membawa oleh-peningkatan kualitas dan sistem yang diterapkan pada daerahnya masing-masing,” tuturnya.
Hal tersebut juga diamini sang istri Titik Gati Sumarti. Pensiunan Guru Bimbingan Konseling SMKN 9 Malang itu terkesan program kultum selama menempuh perjalanan di bas persiaran, sebutan bus pariwisata di Singapura dan Malaysia.
Kultum dalam Rihlah Dakwah bukan seperti ceramah agama pada umumnya. Tapi cerita latar belakang dan pengalaman hidup para peserta. Ber-Muhammadiyah.
”Berkesan. Karena selalu dapat ilmu selama perjalanan. Menceritakan perjalanan hidup itu perekat yang sangat ampuh. Kesannya mendalam,” ujar Titik. (*)
Penulis Darul Setiawan Editor Sugeng Purwanto