PWMU.CO – Aura pertarungan World Skills Competition (WSC) Kazan 2019 sudah terasa sekalipun saya dan delegasi observer WSC Jawa Timur belum menginjakkan kaki ke arena Kazan Expo, Jumat (23/8/19).
Saya dan rombongan harus bersabar. Mengantre giliran untuk masuk. Belajar tertib dan disiplin. Tidak main serobot seperti kebanyakan orang di tanah air.
Setelah menunggu sekitar 49 menit, baru bisa masuk ke plataran depan arena lomba dengan melewati pemeriksaan yang cukup ketat. Semisal air botol mineral tak boleh dibawa masuk bila lebih dari 500 ml.
Capek dan lelah mengantre, terbayar lunas saat saya berada di dalam arena WSC, Kazan Expo. Gedung-nya megah, luas, bersih dan tertata rapi. Yang bikin kagum, alat dan bahan lomba yang digunakan serba canggih dan berkualitas. Seirama dengan kebutuhan dan tuntutan industri 4.0.
Agar memberi manfaat yang lebih besar, Tim Leader Observer Dr Suhartono MPd sejak di tanah air telah membagi tugas pada masing-masing observer. Saya kebagian sampur, mengobservasi bidang lomba joinery (tukang kayu).
Delegasi Indonesia bidang joinery ini diwakili Ferdi Nurfiansyah. Saat berada di tempat, Ferdi sudah mulai mengerjakan tugas yang diberikan tim juri. Membuat hiasan dinding jendela dan pintu rumah.
Untuk menghasilkan produk yang bagus, indah dan bermutu (standar), Ferdi perlu bekal dasar ilmu berhitung, mengukur, menggambar pola, menggunakan alat ukur, memahami job seet, proses pembuatan sesuai standar operasional prosedur, ketepan dan kebenaran pemakaian alat dan bahan serta ketepatan waktu pengerjaan.
Ferdi bersaing dengan 24 peserta terbaik dari belahan dunia. Untuk menjadi nomor satu, tidak cukup bermodal ilmu dan keterampilan, tapi perlu didukung dengan sikap, mental, dan karakter yang kuat.
Hal penting yang mesti diobservasi delegasi yaitu, standar operasional prosedur lomba, peralatan dan bahan yang digunakan, lay out dan desain area kerja, safety, proses kerja, dan kualitas produk atau jasa yang dihasilkan.
Menikmati suasana kompetisi, tak terasa hampir enam jam saya bersama tim berada di Kazan Expo. Di tengah suasana lomba, tiba-tiba pikiran saya malayang jauh ke sekolah yang saya pimpin, SMK Mutu Gondanglegi Malang.
Saya yakin sebagaimana slogan SMK Bisa SMK Hebat, sekolah bisa melahirkan lulusan yang terampil sesuai standar industri, bila memiliki sumber daya guru yang kompeten. Kurikulum yang diterapkan sinkron dengan industri. Model pembelajaran berbasis pada Teaching Factory (Tefa) dan Sains Technology Engenering Matematic (STEM).
Selain itu, perlu dukungan sarana prasarana pembelajaran yang memadai, alat lengkap dan mutakhir, bahan praktik selalu tersedia serta didukung sistem penilaian kompetensi yang tersertifikasi.
Kehadiran setiap observer dari belahan dunia di WSC Kazan 2019, menginspirasi banyak hal, tersadar akan kekurangan dan memotivasi untuk berubah menjadi lebih baik. Belajar dari apa yang dilihat, dirasakan, dan yang dialami lebih utama dari sekadar teori-teori di ruang kelas. (*)
Kazan, 24 Agustus 2019, pukul 00.48.
Oleh Pahri, Principal SMK Mutu Gondanglegi Malang.
Discussion about this post