PWMU.CO – Apapun yang dimanifestasikan seseorang bergantung pada apa yang diyakininya. Begitu pula perilaku seorang guru itu tampak seiring dengan apa yang Ia yakini dalam menghasilkan mutu pembelajaran. “Teacher belief will guide teacher behavior,” kata Madam Zainab Qomari.
Hal ini disampaikannya saat memberikan materi hari kedua pada kegiatan International Training on Education yang diselenggarakan oleh Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur bekerja sama dengan Alirsyad Trust Ltd and Temasek International Foundation Singapore di Grand Whiz, Trawas, Mojokerto Jawa Timur selama lima hari Senin- Jumat (19-23/8/19).
Kepada 19 peserta di kelas Instructional Mastery (Teaching Pedagogy) itu, Madam Zainab menyampaikan bila seorang guru meyakini bahwa setiap siswa kelak menjadi seorang pemimpin dan bisa bersinar sebagaimana mutiara, pastinya guru akan membantunya dengan mempersiapkan sekuat tenaga menjadikanya dia menonjol dan memfasilitasinya untuk menjadi pribadi bertanggung jawab dan memiliki bekal yang cukup menjadi seorang pemimpin.
“Bila guru meyakini bahwa seorang siswa butuh diterima dalam kelasnya dan bila tidak ditanggapi akan merusak mentalnya, bagaimana perilaku guru dengan keyakinan seperti ini?” tanyanya kepada peserta.
Maka, lanjut Zainab, guru akan mendesain pembelajaranya dengan lebih dinamik dan memfasilitasi setiap potensi siswa untuk berkembang. Menurutnya guru dengan keyakinan seperti ini pastinya akan terus belajar dan belajar mencari tahu strategi pembelajaran yang tepat hingga tidak ada satupun siswa dalam kelasnya merasa minder dan tersingkirkan dari komunitas sosialnya selama dia belajar bersamanya.
“Teacher will influence student motivation along with teaching content (Guru akan memengaruhi motivasi siswa bersama dengan konten pengajaran),” tutur instruktur yang bergerak di bidang edukasi selama 25 tahun ini.
Pada training hari itu, setiap peserta diminta menentukan icons as a teacher yang akan merepresentasikan perilaku guru di kelas ataupun di sekolah. Seperti yang disampaikan oleh Marisa Izzah MPd, dia meyakini bahwa dirinya adalah palu (hammer). Selayaknya palu, Wakil Kepala Sekolah SD Kreatif Muhammadiyah Bangil ini terus membangkitkan semangat siswanya agar melakukan kebaikan-kebaikan dan menghindarkan muridnya dari bahaya di sekitar.
“Palu atau martil terbuat dari besi baja, dia kuat dan keras berfungsi memberikan tumbukan atau pukulan pada benda kerja. Sebagai guru, saya berperan sebagai palu yaitu menjaga siswa dari bahaya para paku yang berserakan dan menempatkan paku dan barang lain pada tempat yang benar sesuai fungsinya salah satunya melalui kedisiplinan,” ucapnya diiringi tepukan tangan dan tawa dari semua peserta.
Menurutnya, di setiap sekolah perlu ada yang menjadi palu seperti dirinya yang berfungsi sebagai warning (peringatan) sehingga perilaku keseharian guru ini mengambil peran sebagai pengingat kebaikan bagi warga sekolah sekaligus meletakkan segala sesuatu pada fungsi yang benar dan menghindarkan diri dari kegagalan dan mara bahaya.
Begitu pula Waka Kurikulum SMA Muhammadiyah 10 GKB Gresik Jamilah SSI. Dia merepresentasikan dirinya layaknya hiijau daun. Sebagai guru bertugas layaknya kloroplas dalam daun, dialah yang akan menjadikan siswa (karbondioksida dan air) untuk diproses dengan benar yang akan menghasilkan energi yang luar biasa manfaatnya yaitu glukosa dan oksigen yang berguna bagi kehidupan.
“Tanpanya akan banyak kehancuran di mana-mana, sehingga bila guru gagal memberikan pembelajaran yang penuh makna bagi siswa, maka masa depan siswa akan tergadaikan,” katanya.
Sementara itu, Rohmawati MPd menyampaikan menjadi guru ibarat mengendarai sebuah mobil, harus fokus dengan tujuan akhir. “Sesekali saja melihat spion kalau terus-terusan bisa jadi kita tak kunjung sampai, atau justru membahayakan orang lain (nubruk atau salah jalan),” katanya
Waka Kurikulum SD Muhammadiyah 2 GKB Gresik itu menjelaskan seorang guru pun butuh bekal untuk tahu banyak hal tentang mobil terkait mesin, teknis menyetir, merawat dan juga menjaga agar tetap dalam kondisi baik begitupula mendidik siswa butuh banyak belajar agar tidak sembarangan memberikan pendidikan kepada sis
“Menjadi guru ini adalah ladang jariyah kita semua, jangan sampai menjadi dosa jariyah kita bila kita salah memprosesnya hasilnya pun pasti kurang baik,” jelasnya.
Pada kegiatan tersebut setiap peserta juga menuliskan manifesto sebagai seorang guru. Madam Zainab berharap manifesto bisa memotivasi diri untuk memberikan layanan pembelajaran terbaiknya kepada siswa di sekolah.
“Jadi guru tidaklah mudah, bekali diri dengan ilmu, gurupun harus mau belajar, belajar dan belajar serta mamasukan nilai-nilai kehidupan,” tuturnya (*)
Kontributor Anis Shofatun. Editor Mohammad Nurfatoni.