PWMU.CO – Islam berkemajuan itu harus dengan ilmu. Tidak hanya dalam kontek sains, tetapi juga dalam konteks power. Bertambah hebat sainsnya maka akan bertambah hebat juga kekuatannya. Hal itu disampaikann Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim Dr Saad Ibrahim MA dalam Baitul Arqam Universitas Muhammadiyah Surabaya, Senin (20/6) pagi.
(Baca: Ini Asal Muasal Baitul Arqam dalam Pengkaderan Muhammadiyah)
Saad menjelaskan, ada beberapa faktor yang menyebabkan Islam berkemajuan. Pertama adanya nash dalam Islam khusunya Alquran, yang memberikan apresiasi untuk dunia pengetahuan dan keilmuan. “Contohnya, ayat yang kali pertama turun yaitu Iqra bismirabbikalladzi khalak. Banyak nash Alquran yang menerangkan tentang sains (pengetahuan) dan kedudukan orang yang berilmu itu lebih baik dengan yang tidak berilmu,” katanya.
Dengan mengutip Nurcholish Madjid, Saad mengatakan, Alquran itu tahan terhadap kritik ilmiah. “Jangan hiraukan pendapat yang mengatakan sains dalam Alquran itu hanya mencocok-cocokkan saja. Islam sangat mendukung keilmiahan,” tuturnya.
Kedua, kata Saad, Islam berkemajuan itu mempunyai akademisi yang berkualitas, yang menghasilkan banyak karya serta memperbanyak jumlah doktor yang ada di lingkungan civitas akademika. Ketiga di-back up oleh ekonomi yang kuat seperti halnya Umar bin Khatab menggaji guru ngaji dengan gaji yang besar. “Jadi sebuah reward sangat dibutuhkan dalam Islam berkemajuan di bidang pendidikan,” ujarnya.
Faktor keempat, menurut dosen UIN Malang ini, adanya keterbukaan dunia Islam. “Yang dimaksud dengan keterbukaan dunia Islam ini yakni kita harus bisa membuka pintu semua ilmu pengetahuan yang datang dari seluruh penjuru dunia.”
Meminjam istilah Fazlur Rahman, tutur Saad, Islam berkemajuan itu berdasarkan Alquran dan Assunah, serta ilmu pengetahuan. “Ideologi keagaaman harus dibangun, jika ingin amal usahanya akan menjadi baik,” katanya. Dalam Baitul Arqam yang mengambil tema “Peningkatan Kinerja Dosen dan Tenaga Kependidikan Menuju PTM yang Berkemajuan” Saad juga menjelaskan bahwa Islam berkemajuan juga meliputi tiga hal, pertama, rasio yaitu dengan mempertimbangkan pemikiran rasionya.
Kedua empirik seperti Nabi Ibrahim yang bertanya kepada Allah bagaimana cara menghidupkan orang mati. Kemudian Nabi Ibrahim diperintah boleh Allah untuk membunuh burung kemudian burung tersebut dihidupkan kembali oleh Allah. Ketiga adalah intuisi seperti kisah Nabi Yaqub yang buta dengan anaknya Nabi Yusuf. “Ketika Nabi Yusuf membawa bajunya untuk mengelap ayahnya yang sedang buta agar bisa sembuh. Ternyata, meski baju tersebut belum sampai ke ayahnya tetapi Nabi Yaqub menyampaikan bahwa sudah mecium bau anaknya,” ungkap Saad. (Dede)