PWMU.CO – Kirana Aura Zahy tidak pernah menyangka cerita pendek (cerpen) yang berjudul Joko Samudro dan Kisah Kuda Kembar bisa meraih prestasi di Olimpiade Literasi 2019 tingkat SMP/MTs yang diselenggarakan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Gresik, Rabu (11/9/19).
Siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 12 GKB (Spemdalas) ini dalam proses seleksi awal menduduki rangking empat sehingga mengikuti tahapan final yang diikuti 15 peserta.
Meskipun hanya meraih harapan III, siswa yang akrab dipanggil Kiran ini mengaku bangga karena saingannya kebanyakan kelas VIII.
“Bisa membawa prestasi sudah alhamdulillah karena saat seleksi hanya rangking empat sehingga di atas saya masih ada cerpen yang bagus-bagus,” ujarnya.
Kiran menuturkan, menulis cerpen hanya diberikan waktu tiga jam. Tema diberikan oleh panitia saat di tempat atau on the spot. Semua peserta harus siap menulis cerita sesuai dengan tema diberikan.
Ketika panitia memberikan tema Pengalaman di Sekolah, Kiran langsung melayangkan pengalaman tentang perkemahan Hizbul Wathan yang disisipi dengan cerita penjelajahan sebagai unsur menarik lainnya.
“Kalau hanya cerita kemah kan kurang menarik, maka perlu ada lain dalam cerita sebagai daya tarik. Saya sisipi dengan cerita penjelajahan ke gunung, tapi di situ tokoh yang terdiri lima anak menemukan kejadian janggal,” ceritanya.
Kiran menjelaskan kejadian janggal itu ada sekelompok yang menggali tanah di gunung yang mengancam keberadaan tempat wisata Bukit Jamur di Desa Bungah.
Selama ini, ungkap Kiran, masyarakat tidak ada yang berani mendekati gunung dan ‘proyek’ karena ditakut-takuti ada cerita kuda kembar berkepala manusia yang bisa memakan semua orang apabila berani ke gunung tersebut.
Untuk ikuti babak final lomba ini, cewek yang hobi membuat anime ini butuh dua pekan untuk latihan persiapan. Menurutnya, yang paling utama adalah menyesuaikan ide cerita dengan tema yang diberikan panitia.
Putri pasangan Ichwan Arif dan Nur Hayati ini menyakini kalau ada unsur kemenarikan diyakini cerita bisa bagus.
“Bukan sekadar pengalaman di sekolah yang ditulis dalam cerita tetapi bagaimana cerita tersebut dikemas lebih menarik sehingga pembaca merasa tertantang ketika membaca,” ujarnya. (*)
Kontributor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.