PWMU.CO – Harus diakui bahwa selama ini ada karyawan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang hanya bekerja. Ada yang hanya menjadi anggota Muhammadiyah secara administratif dengan memiliki kartu keanggotaan, tapi tidak aktif di Persyarikatan di tempat domisilinya. Hal ini yang ingin dipatahkan Majelis Pendidikan Kader (MPK) PDM Lamongan dengan desain perkaderan yang simultan.
“Selama satu bulan setelah Baitul Arqam ini, kami menjalin komunikasi dengan masing-masing Pimpinan Ranting domisili peserta,” jelas Ketua MPK, Fathurrahim Syuhadi tentang Rencana Tindak Lanjut (RTL) Baitul Arqam. Hal itu dikatakan dalam penutupan Baitul Arqam karyawan di Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan (RSML), (21/6). Selama sebulan itu, para pimpinan Muhammadiyah asal karyawan yang akan mengevaluasi kadar perjuangan peserta Baitul Arqam.
(Baca: Beberapa Kunci Sukses Kemajuan RS Muhammadiyah Terbesar di Jatim Itu dan Bangga Jadi Kader Keren Muhammadiyah)
Dengan demikian, tambah Fathurrahim, perkaderan tidak hanya terjadi dalam ruangan yang dilakukan selama 2 hari, melainkan berkelanjutan dalam bentuk kerjasama MPK dengan Pimpinan Ranting tempat tinggal para karyawan. “Jadi, perkaderan yang kita lakukan adalah mengkombinasikan penguatan profesionalitas pada satu sisi, dan internalisasi ideologi Muhammadiyah,” jelasnya.
“Internalisasi ideologi ini kemudian kami pertajam melalui RTL dalam model komunikasi aksi simultan selama satu bulan dengan pimpinan Ranting tempat tinggal,” tambah Rohim. Model ini, setidaknya akan menjadikan karyawan RSML terbiasa dengan kegiatan Muhammadiyah, hingga akhirnya diharapkan menjadi penggerak di masing-masing domisilinya. Sehingga bekerja di AUM bukan sekedar bekerja, melainkan ada sisi agamisnya dengan menjadi pendakwah Muhammadiyah.
(Baca: Berorganisasi Itu Kadang Harus Dipaksa sehingga Jadi Terbiasa dan Karyawan AUM Harus Berfungsi sebagai Insan Dakwah)
Baitul Arqam yang diselenggarakan RSML itu sendiri memang dikhususkan untuk pegawai yang baru saja menandatangani kontrak. Mulai dari perawat, apoteker hingga bagian diklat, dan dipusatkan di LSTC milik RSML. Pesertanya dibagi menjadi dua gelombang, dengan peserta 30 orang untuk gelombang pertama (18-19/6) dan 29 orang untuk gelombang kedua (20-21/6).
Dalam penutupan Baitul Arqam gelombang kedua, selain jajaran MPK, hadir Wakil Direktur RSML, dr Taufiq Yudianto. Dalam sesi ini, Ketua MPK menyerahkan hasil Baitul Arqam kepada perwakilan RSML. “MPK ingin menjadikan perkaderan sebagai budaya baik di level organisasi otonom ataupun AUM,” harapnya.
(Baca: Pentingnya Iradah dalam Setiap Pribadi Warga Muhammadiyah dan Waspadai Munculnya Gerakan 4G pada Amal Usaha Muhammadiyah)
Sementara dr Taufiq, dalam sesi ini juga memberikan penghargaan secara simbolis kepada 3 peserta terbaik Baitul Arqam. Dalam sambutannya, dia berharap para peserta mampu mengamalkan materi-materi yang disampaikan dalam Baitul Arqam sekaligus menjadikan pekerjaannya di RSML sebagai ladang dakwah. “Insyaallah dengan cara inilah yang akan mengantarkan kita semua ke surga,” pesannya yang langsung diamini oleh seluruh peserta. (nu’man/mubarok)