PWMU.CO – Kalau merefleksikan Muhammadiyah yang didirikan tahun 1912, maka saat itu ada tiga pilar utama yang diinisiasi oleh KH Ahmad Dahlan dan sampai sekarang masih berlangsung yakni pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, dan pelayanan untuk kaum dhuafa.
Hal itu disampaikan oleh Sekretaris Majelis Dikdasmen Pimpinan Pusat Muhammadiyah R Alpha Amirrachman MPhill PhD saat menjadi pembicara pada Seminar on Education and National Conference di Dome Universitas muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (21/9/19).
Saat Indonesia diproklamasikan pada 1945, ketiga pilar itu menjadi tugas konstitusional negara, maka negara bersemangat untuk inisiatif bidang pendidikan. “Dulu zaman Presiden Suharto ada SD Inpres. Sekarang pemerintah juga terus melakukan pembangunan dan pembinaan,” ujarnya.
Lalu bagaimana posisi ormas seperti Muhammadiyah yang juga dari awal sudah melakukan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
“Tantangan kita ke depan cukup berat. Cukup banyak hal yang harus dilakukan karena tidak cukup fastabikul khairat dengan sekolah swasta tetapi dengan seluruh sekolah yang ada di Indonesia,” ungkapnya.
Sekolah swasta harus punya kemampuan dan kekuatan untuk survive. Pasar sangat kompetitif, bersaing ketat dengan sesama sekolah swasta dan negeri.
Ada dua hal yang akan membuat kita survive. Pertama adalah identitas. Artinya apa yang kita tawarkan dan berbeda dengan yang lain. “Sekolah Muhammadiyah harus berbeda dengan yang lain. Kalau sekolah Muhammadiyah menawarkan hal yang sama dengan sekolah negeri maka lebih baik ditutup saja,” tuturnya disambut tawa hadirin.
Karena masyarakat mendapatkan hal yang sama tetapi karena Muhammadiyah swasta maka harus membayar lebih mahal. “Harus punya identitas yang punya ruh yakni Al Islam dan Kemuhammadiyahan. Itulah nilai lebih kita,” tegasnya.
Kedua, lanjut Alpha, adalah kemampuan beradaptasi. Jadi pada saat yang sama kita memiliki karakter tapi juga mempunyai keluwesan untuk beradaptasi. ” “Mereka yang akan survive bukan mereka yang kuat tetapi mereka yang mampu beradaptasi kepada perubahan,” jelasnya.
Mari kita lihat apa perubahan yang dialami sekarang. Perubahan itu adalah digitalisasi pendidikan Muhammadiyah. Hal ini tidak bisa dihindari dan harus dilakukan.
Majelis Dikdasmen sedang memperkenalkan Edukasi Digital Muhammadiyah (Edumu), yaitu sebuah platform yang memudahkan kerja administrasi, kerja pelajaran, dan lainnya. Ada fitur ismuba, fitur HW, fitur Tapak Suci. “Kita juga mengembangkan rumah belajar. Semuanya demi meningkatkan kualitas pembelajaran kita,” ujarnya. (*)
Kontributor Sugiran. Editor Mohammad Nurfatoni.
Discussion about this post