PWMU.CO – Hari ini (23/6) (Kamis waktu setempat, Red), 18 peserta program Summer Institute diundang buka puasa bersama (bukber). Penyelenggaranya adalah manajer dan staf program Summer Institute di University of California, Santa Barbara (UCSB). Acaranya dikemas secara sederhana dengan nama Ifthar Celebration. Acara ini merupakan bagian dari penghormatan pada peserta program yang beragama Islam.
Dalam program Summer Institute 2016 di UCSB, dari 18 peserta memang terdapat tiga orang beragama Islam. Yakni, penulis, Soumia (Pakistan), dan Noura (Saudi Arabia). Supaya acaranya ramai, panitia juga mengundang komunitas muslim dari staf pengajar dan mahasiswa UCSB. Juga diundang Ketua Islamic Community of Santa Barbara (ICSB). Tidak ketinggalan, keluarga muslim sekitar kampus juga diundang. Sekitar 75 orang mengikuti bukber.
(Baca: Nikmatnya Berpuasa Lebih Lama di Negeri Minoritas Muslim dan Ketika Malam Terasa Siang, Begitu juga Sebaliknya)
Acara dimulai pukul 20.10 waktu Santa Barbara. Bukber diawali sambutan singkat dari manajer program, Prof Kathleen Moore. Dia mengatakan pentingnya Ramadhan bagi umat Islam. Acara Ifthar Celebration merupakan wujud dari perayaan dan penghargaan terhadap perbedaan (celebrate and respect to the diversity). Terutama pada komunitas Islam yang sedang menjalankan kewajiban puasa pada bulan Ramadan. Pernyataan Kathleen sejalan dengan program yang sedang diikuti peserta Summer Institute, yakni Religious Pluralism in the U.S.
Acara selanjutnya diisi dengan tausiah singkat dan doa oleh Ketua ICSB, Yama Niazi. Pria asli Afganistan ini menguraikan makna Ramadhan bagi umat Islam. Niazi juga menceritakan militansi komunitas muslim di Santa Barbara. Niazi, yang juga Imam Mushola Kampus UCSB ini, menambahkan bahwa hingga kini komunitas muslim di Santa Barbara berjumlah tidak lebih dari 150 orang dari sekitar 35 keluarga. Mereka berasal dari keluarga Arab, India, Pakistan, Afganistan, dan warga asli California.
(Baca juga: Kegelisahan Akademisi Amerika pada Sikap Antipluralisme Capres Donald Trump dan Belajar dari Amerika: Sebagai Simbol Negara, Presiden Harus Dihormati)
Tepat jam 20.20, waktu maghrib tiba. Buka puasa pun dimulai dan dilanjutkan salat jamaah Maghrib. Karena acara bukber ini bersifat lintas agama, budaya dan etnik, maka ada banyak yang terasa aneh. Salah satunya, ada keluarga muslim yang datang dengan membawa anjing. Saya tentu kaget dan risih. Kok anjing diajak bukber. Ternyata bukan hanya saya yang kaget. Sebagian peserta program yang non-muslim juga merasa tidak nyaman dengan adanya anjing di sekitar tempat bukber. Itu karena tempat bukber cukup sempit, di ruangan pertemuan Pendola Village, kompleks tempat tinggal peserta.
Soal anjing ini sepertinya sudah menjadi kebiasaan warga kampus dan sekitarnya, baik muslim maupun non-muslim. Bahkan ada dosen dan mahasiswa yang berangkat ke kampus di UCSB dengan membawa anjing. Saya jadi teringat cerita teman bahwa Gurubesar UIN Syarief Hidayatullah Jakarta, Prof Harun Nasution, semasa hidupnya juga penyayang anjing. Bahkan sejumlah anjingnya diberi nama imam-imam mazhab. Kita tentu bisa berdebat tentang keluarga muslim yang memelihara anjing.
(Baca juga: Menjadi Saksi Wisudawan Indonesia di Universitas Kyoto dan Begini Cerita Prangko PKO Moehammadijah Dijadikan Cover Buku Monumental di Inggris)
Tetapi bagi saya, inilah warna lain dari bukber ala muslim Santa Barbara. Meski sangat sederhana dan harus berbaur dengan anjing saat menikmati makanan khas Timur Tengah, bukber di luar negeri terasa sangat bermakna. Apalagi negeri itu minoritas muslim. Pasti akan terasa suasana ukhuwah yang luar biasa. Juga akan terbayang bukber dengan keluarga di rumah. Itu karena masing-masing peserta jauh dari keluarga. Kalau tidak percaya, cobalah sesekali puasa dan bukber di negeri orang. Pasti akan terasa sangat nikmat. (*)
Laporan Biyanto, Wakil Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jatim, peserta Summer Institute 2016 UCSB