PWMU.CO – News in depth (berita mendalam) harus mampu menjawab mengapa (why) dan bagaimana (how) dalam sebuah liputan berita. Kalau unsur ini dipenuhi maka beritanya bisa lebih mendalam. “Istilahnya di generasi milenial adalah so what, what happen next,” ujarnya.
Itulah yang disampaikan Rohman Budijanto Senior Editor Jawa Pos dalam Pelatihan Menulis Indepth Reporting dan Opini yang diselenggarakan Lembaga Informasi dan Komunikasi Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim, Ahad (29/9/19) di Gedung Muhammadiyah Jawa Timur, Jalan Kertomenanggal IV/1 Surabaya.
Selain menjawab mengapa dan bagaimana, Roy—sapaannya—news in depth miliki rambu-rambu. Pertama, tidak ada tulisan yang didasari prasangka. Hal ini akan menjadikan tulisan lebih kalem dan rasional.
Prasangka dalam tulisan ini, lanjutnya, bisa menimbulkan subjektivitas melihat sisi berita. Ini yang harus dihindari dalan penulisan mendalam.
Rambu kedua, Roy menerangkan adalah tidak klise. Harus ada yang tidak biasa-biasa saja. “Kalau ungkapan habis manis sepah dibuang, itu biasa. Habis manis sepah ditelan itu hal yang tidak biasa. Sudah jatuh tertimpah tangga, kalau ungkapan sudah jatuh tertimpah genting, itu tidak klise,” ungkapnya.
Kutipan tidak klise, menurutnya, berita mendalam kita bisa lebih powerful. Hal inilah, tekannya, news in depth bisa menginspirasi dan memperluaskan wawasan. (*)
Kontributor Ichwan Arif. Editor Mohammad Nurfatoni.